Minggu, 14 November 2010

Ternyata, Orang Pintar Lebih Banyak Jadi Pengangguran

Andina Meryani - Okezone
Ilustrasi: F Simbolon/Koran SI

BANDUNG - Tingkat pengangguran terbuka (TPT)dari kalangan berpendidikan tinggi jauh lebih banyak dibanding yang berpendidikan rendah. Wow!

Berdasarkan data survei angkatan kerja (sakernas) yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2010, jumlah TPT berpendidikan terendah yaitu Sekolah Dasar (SD) tercatat sebesar 3,71 persen. Namun, TPT untuk pendidikan tertinggi yaitu Universitas tercatat sebesar 14,24 persen.

Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS Wendy Hartanto menyatakan fenomena tersebut membuktikan bahwa pendidikan rendah lebih mudah bekerja dibanding pendidikan yang lebih tinggi karena mereka cenderung lebih memilih.

Namun, masalah di sini adalah jenis pekerjaan bagi masyarakat berpendidikan rendah tidak mampu menghasilkan pendapatan yang layak. Mereka dikatakan bekerja apabila telah melakukan suatu pekerjaan dan mendapatkan penghasilan setidaknya selama tujuh jam dalam seminggu secara berturut-turut.

"Yang berpendidikan SD itu gampang sekali mencari kerja, contohnya dia mau jadi apa saja, seperti jadi tukang pikul di pasar. Kalau yang pendidikan tinggi banyak sekali yang nganggur karena mereka cenderung pilih-pilih mana yang cocok," ujarnya dalam Workshop Wartawan 2010 'Membawa Statistik Lebih Dekat ke Masyarakat' di Hotel Golden Flower, Bandung, Sabtu (13/11/2010).

Dia pun menuturkan, fenomena meningkatnya pendidikan masyarakat ini terutama di pedesaan menjadi suatu permasalahan sendiri dalam menciptakan pengangguran. Pasalnya, semakin tinggi pendidikan masyarakat di pedesaan juga mengancam sektor pertanian, karena mereka menjadi enggan untuk menjadi petani.

"Meningkatnya pendidikan masyarakat di pedesaan itu menjadi problem lapangan kerja di pertanian, karena tidak terisi. Jadi biaya pertanian semakin tinggi," jelasnya.

Dengan semakin banyaknya pengangguran yang berpendidikan tinggi, semestinya menjadi tugas pemerintah untuk bisa menangkap sumber daya manusia (SDM) yang tersedia dengan menyediakan lapangan pekerjaan yang banyak, tentunya harus juga dibantu oleh pihak swasta.

Selain itu, perguruan tinggi juga harus mampu menangkap peluang kerja seperti apa yang diperlukan di dunia luar sehingga mampu mempersiapkan lulusan yang siap bekerja.

Wendy pun menuturkan bahwa banyaknya orang berpendidikan tinggi yang sudah bekerja namun tidak sesuai dengan klasifikasi yang semestinya. Sehingga yang sangat mengkhawatirkan adalah kondisi over qualified di mana seorang berpendidikan universitas rela melakukan pekerjaan untuk level SMA demi bekerja.

"Ya contohnya seperti pekerjaan teller bank. Banyak yang pendidikannya Sarjana, tapi sebenarnya kerjanya level SMA, jadinya over qualified," tandasnya.(ade)