Sabtu, 30 Maret 2013

PT. DI Menjadi Ancaman Boeing Dan Airbus

LANGKAWI-(IDB) : Tidak sedikit yang masih meragukan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dalam membuat pesawat sekelas Airbus dan Boeing. Padahal sebenarnya PT DI yang memiliki banyak ahli-ahli pesawat terbang sangat bisa membuat pesawat seperti Airbus dan Boeing. Pertanyaannya boleh apa tidak?

"Siapa bilang kita tidak bisa buat pesawat seperti Airbus atau Boeing? Jawabannya sangat bisa. Tapi mau atau boleh kita buat? Siapa yang mau beli?," kata Vice President Corporate Communication PT DI, Sonni Ibrahim kepada detikFinance, di The 12th Langkawi International Maritime & Exhibition, Malaysia, Kamis (28/3/2013).

Pertama, dulu Indonesia punya N250 banyak yang menentang keberadaanya. "Itu pesawat sangat bagus, irit, cepat, muat banyak orang. Tapi apa yang terjadi, tanpa alasan yang logis IMF meminta pemerintah Indonesia untuk menghentikan proyek tersebut sebagai salah satu syarat untuk membantu Indonesia keluar dari krisis ekonomi," ucapnya.

Selain itu, pasar laris manis produk PT DI bukan disana. "Pasar kita sudah jelas, di kelas Medium-Heavy multi roles transport, medium multii roles transport, light, Far/CASR light. Belum sampai ke sipil," ujarnya.

Pasar pesawat PT DI di Asia Pasifik sangat luas. "Dan jika PT DI masuk ke pasar Airbus dan Boeing, apakah mereka diam saja? Tentu tidak," katanya.

Namun walau PT DI tidak membuat pesawat besar sekelas Airbus A380, A320 atau Boeing B747-200/400.

"Tetapi PT kami membuat komponen di pesawat-pesawat Airbus A380/A320/A321/A350. Ada pula kita buat komponen tooling dan airframe Boeing B 747/B-777/B-787, Euurocopter MK-II, Airbus Military di CN235/C295 dan C212-400," ungkap Sonni.

"Tidak hanya itu, kita juga melakukan providing maintenance, overhaul, repair, alteration di helikopter BELL 412, Boeing 737-200/300/400/500/A320.F100, F27 dan banyak lagi, so, bukan kita tidak bisa," tandasnya.
Sumber : Detik

Kamis, 21 Maret 2013

PT Pindad Dan Litbang TNI AD Kembangkan 'Gatling Gun'

JAKARTA-(IDB) : Salah satu alat yang menarik perhatian pengunjung Jakarta International Defence Dialog (JIDD) adalah gattling gun yang dipamerkan di stan Kementerian Pertahanan. Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao bahkan sempat melongok melihat-lihat laras kaliber 7.56.
Dirut PT Pindad Adik Avianto mengatakan, saat ini gattling gun itu memang masih dalam fase prototipe. Uji statis telah selesai dilaksanakan. Dalam waktu dekat akan diadakan uji dinamik. Senjata ini bisa memuntahkan peluru dengan kecepatan 3.000 butir per menit. 
Kecepatan itu untuk mengimbangi kecepatan alat yang membawanya seperti helikopter serbu atau kapal perang.
Menurut Adik, proyek ini berasal dari pengembangan Litbang TNI AD. Sesuai dengan perencanaan dan doktrin, di waktu-waktu mendatang, dibutuhkan senjata seperti ini. "Jadi kalau ke depan kita pengadaan, Pindad sudah bisa menyediakan," kata Adik. 
Sumber : Kompas

Senin, 18 Maret 2013

Lima Tahun Kedepan PT PAL Mampu Bangun Kapal Selam Sendiri

SURABAYA-(IDB) : PT PAL Indonesia optimistis lima tahun ke depan mampu merenovasi dan membangun kapal selam sendiri. Tekad itu dibuktikan dengan diikutkannya karyawan PT PAL Indonesia dalam Transfer of Technology (ToT) di Korea Selatan.
Direktur Utama PT PAL Indonesia, Firmansyah Arifin, menyebut saat ini karyawannya tengah mengikuti seleksi internal. "Tahun lalu kami sudah mengikuti ToT di Belanda, dan tahun ini ke Korea," kata Firmansyah.
 
Sebelumnya PT PAL Indonesia ditunjuk Kementerian Pertahanan membangun kapal militer dengan dua negara tersebut. Kerjasama membangun Kapal Cepat Rudal (KCR) dengan Belanda telah selesai. Kini giliran dengan Korea untuk membangun kapal selam. 
 
Optimisme bisa membangun kapal selam di dalam negeri itu dikuatkan dengan program pemerintah yang mengucurkan anggaran melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) pembangunan kapal. Anggaran US$150 juta (sekitar Rp 1,5 triliun) itu tidak hanya untuk membangun kelengkapan militer, tetapi juga doking untuk kapal militer.
 
"Selama ini untuk overhoul kapal selam harus dilakukan di Korea, setiap lima tahun sekali dengan biaya yang cukup besar," kata mantan Direktur Utama PT Dok Perkapalan Surabaya itu.
 
Dia optimistis langkah PT PAL sudah tepat. Usai pegawainya selesai mengikuti ToT di Korea, PT PAL mampu mandiri mendukung langkah strategis pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan kapal, termasuk mencegah perputaran uang ke luar negeri.
 
Terkait kerjasama dengan Korsel, PT PAL akan mengirimkan karyawannya ke Negeri Gingseng tersebut. "Dalam waktu dekat, kami mengirim karyawan untuk bekerja sama dengan Korea membangun kapal selam melalui sistem learning by doing," kata Firmansyah Arifin.
 
Disebutkan, ada sejumlah karyawan akan dikirim ke Korea Selatan dalam rangka kerjasama memproduksi alutsista. Itu, lanjutnya, melibatkan Kementerian Pertahanan kedua bangsa. Kemenhan, selanjutnya memberi kesempatan kepada PT PAL untuk melaksanakan tugas tersebut.
Sedangkan Humas PT PAL, Bayu Wicaksono, mengungkapkan pengiriman karyawan diawali dengan proses penjaringan. PT PAL sudah memilih karyawan yang layak untuk disertakan dalam transfer pengetahuan di Korea.
 
"Saat ini DSME Daewoo perusahaan yang ditunjuk pemerintah Korea masih menyeleksi penerimaan. Pengumumannya kami belum tahu, tetapi kuota yang ditetapkan sebanyak 120 pegawai," ungkapnya.
 
Jumlah itu akan dikirim dalam beberapa gelombang. Selama di Korea karyawan PT PAL mendapat tugas melakukan alih teknologi untuk membangun kapal selam untuk kebutuhan TNI-AL.
PT PAL menyebut, informasi dari Kemenhan RI, sebanyak tiga kapal selam akan dimiliki TNI-AL. Dua kapal selam dengan type DSME 209 dibangun di Korea, sedangkan satu kapal selam lainnya dibangun di Surabaya.
 
"Ini adalah pengalaman pertama kami membangun kapal selam, setelah sebelumnya kami berpengalaman meng-overhaul (merakit) dua kapal selam KRI Cakra dan KRI Nanggala,” jelasnya.
 
Kapal selam yang akan dibangun PT PAL dilakukan setelah dua kapal selam selesai dibangun di Korea. Karena seluruh komponen dan teknologi yang dijalankan di Korea akan diwujudkan di Indonesia. "Karyawan kami tidak membangun on table, tetapi langsung praktek merakit kapal selam. Dari hasil praktek itu akan diimplementasikan saat membangun di Surabaya," jelasnya.ins
 
 
 
 
 
Sumber : SurabayaPost

Kamis, 14 Maret 2013

Aksi-Aksi Pasukan Elite Indonesia

5 Aksi pasukan elite TNI yang kuras fisik dan mental


SURABAYA-(IDB) : Aksi kopral 'terkuat' TNI Subagyo Lelono mengundang decak kagum. Prajurit Polisi Militer TNI AD ini pernah lari 24 jam non stop. Dia juga koprol 5 Km tanpa henti dan push up 21 jam 40 menit. Aksinya ini diganjar rekor MURI.
Bagi prajurit TNI, kuat adalah sebuah kebutuhan. Kalau tidak kuat bagaimana mau melindungi bangsa dan negara.

Apalagi pasukan elite TNI, yang kemampuannya di atas rata-rata prajurit reguler. Latihan mereka pun dibuat ekstra keras hingga menghasilkan prajurit yang memiliki otot kawat dan tulang besi.
Indonesia memiliki banyak satuan elite yang memiliki kemampuan tempur terbaik. Di TNI AD ada Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan Sat 81 Penanggulangan Teror (Gultor), Peleton Intai Tempur (Tontaipur), dan Raider. TNI AL punya Pasukan Intai Amfibi (Taifib), Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Detasemen Jala Mangkara (Denjaka). Sementara TNI AU punya Pasukan Khas dan Detasemen Bravo 90 di dalamnya.
Berikut aksi-aksi pasukan elite TNI yang bikin geleng-geleng kepala.

1. Minum darah ular kobra
Dalam materi pasukan elite ada jungle survival, atau bertahan hidup di hutan. Mereka harus makan apa saja demi mempertahankan hidup.

Salah satu menu favorit saat survival adalah ular kobra yang banyak di hutan tropis. Mereka pun makan daging ular kobra dan meminum darahnya. Hal ini dipercaya bisa menambah kekuatan dan membuat tubuh agak kebal terhadap bisa ular.

Caranya, kepala ular dipotong. Darahnya diminum dan dagingnya dibakar.

5 Aksi pasukan elite TNI yang kuras fisik dan mental

2. Bernafas dua jam dalam air
Pasukan Peleton Intai Tempur (Tontaipur) punya kemampuan bernafas dalam air. Cuma berbekal sebuah buluh bambu, mereka bisa tahan dua jam dalam air.
Jika musuh melihat dari atas, tak akan ketahuan ada Tontaipur yang sedang bersembunyi dalam air.
Dengan gerakan senyap, para prajurit ini pun akan melakukan serangan mendadak ke pertahanan musuh. Para prajurit ini pun bisa bergerak jauh ke daerah musuh untuk melakukan pengintaian.

5 Aksi pasukan elite TNI yang kuras fisik dan mental

3. Jalan kaki ratusan kilometer
Dalam latihan pasukan komando, ada tahapan long march atau perjalanan jauh ratusan kilometer. Tak cuma jalan kaki, mereka harus siap menerima serangan dari para pelatih.
Kopassus TNI AD melakukan long march dari Batujajar, Kabupaten Bandung ke pantai Cilacap, Jawa Tengah. Sementara Paskhas TNI AU berjalan dari Margahayu Bandung ke Pamengpeuk di Garut Selatan.
Begitu sampai di tujuan, bukan berarti bisa santai-santai. Materi terberat medan rawa laut siap menguras fisik mereka habis-habisan.

5 Aksi pasukan elite TNI yang kuras fisik dan mental

4. Disiksa di kamp tawanan
Salah satu tahapan paling menakutkan dalam latihan pasukan elite adalah kamp tawanan. Hampir semua pasukan elite memiliki tradisi masing-masing soal kamp ini.
Di kamp ini mereka diibaratkan ditangkap oleh pihak musuh yang diperankan oleh para pelatih. Berbagai siksaan pun harus diterima, mulai dari dipukuli, ditendangi hingga disetrum. Para siswa benar-benar diperlakukan seperti musuh yang ditangkap.
Latihan terakhir ini benar-benar menguras fisik dan stamina habis-habisan. Bahkan tak jarang tentara yang bertubuh besar sampai menangis dan meminta ampun saking beratnya siksaan.

5 Aksi pasukan elite TNI yang kuras fisik dan mental

5. Renang melintasi Selat Sunda dan Madura
Buat Prajurit Intai Amfibi TNI AL, berenang melintasi Selat Sunda yang jaraknya 19,2 mil laut atau kurang lebih 38 kilometer hal biasa. Mereka juga rutin berenang menyeberangi Selat Madura.
Selain harus jago berenang, mereka juga harus kuat mendayung perahu karet berkilo-kilo meter. Perahu karet merupakan pilihan terbaik untuk penyusupan dari laut karena tidak menimbulkan suara.
5 Aksi pasukan elite TNI yang kuras fisik dan mental
Sumber : Merdeka

Mengintip Kemampuan Industri Alutsista Negara Jiran

AV 8 Angkatan Darat Malaysia
JKGR-(IDB) : Malaysia baru baru ini mempertontonkan kepada publik kendaraan tempur baru untuk Tentara Darat mereka. Penampilan prototipe kendaraan tempur lapis baja 8×8 ini menjawab keraguan publik akan hasil kerjasama antara dua perusahaan FNSS Turki dan Deftech Malaysia.
AV 8 Malaysia
FNSS dan Deftech  akhirnya mampu menampilkan armoured fighting vehicle beroda 8 yang dilengkapi  kanon Bushmaster kaliber 25mm. Kanon 25 mm ini juga digunakan pada kendaraan tempur beroda rantai ACV-300 yang dikembangkan oleh FNSS dan telah diakuisisi untuk Angkatan Darat Malaysia.
AV 8 Malaysia
Prototipe ini dikirim ke Malaysia untuk menjalani uji coba, terutama kinerjanya menghadapi kontur bumi dan kondisi tanah di Malaysia serta pengaruh cuaca. Kendaraan yang merupakan pengembangan dari FNSS “Pars” 8×8 ini mempunyai berat sekitar 24 ton.
Malaysian akan mengembangkan kendaraan AV8 dalam 12 varian yang akan diserahkan bertahap dari 2013 hingga 2018 dengan jumlah 257 unit senilai US$ 2.4 Miliar.


 Dari jumlah 257 unit, sebanyak 168 unit akan dilengkapi dengan kanon 30mm dan 25mm, termasuk 54 unit dilengkapi dengan ATGM Ingwe buatan Afrika Selatan,  10 unit akan dilengkapi dengan RWS cal 50, dan 8 unit dilengkapi mortar 120mm. Sisanya adalah versi komando, reconnaissance dan support dalam berbagai versi.
Saat ini ada 2 Prototype AV 8 dan akan memasuki produksi massal pada akhir 2013 atau 2014. Kendaraan ini untuk  menggantikan Condor (4×4) buatan Jerman Barat dan Sibmas (6×6) buatan Belgia yang sekarang ini masih digunakan oleh Angkatan Darat Malaysia.
Bionix II Singapura 
Kendaraan Tempur Infanteri Bionix II Singapura
Singapura lebih dulu membuat kendaraan tempur infanteri Bionix  tahun 1996 dan terus mengembangkannya dalam berbagai varian.  Varian terbaru adalah Bionix II yang digunakan Angkatan Darat Singapura pada tahun 2006, hasil kerjasama: ST Engineering, DSTA dan Angkatan Darat Singapura.
 
Selain menggunakan power pack dan suspensi dari varian sebelumnya, Bionix II dilengkapi sistem jaringan manajemen pertempuran digital, ATK mk44 Bushmaster 30mm dual-feed cannon dan paket armor modular. Bionix II juga dipersenjatai senapan mesin koaksial 7.62mm serta senapan mesin umum 7.62mm dan dapat mengangkut hingga sepuluh tentara.  Kendaraan tempur Infanteri ini memiliki pengamatan termal siang dan malam dengan sistem stabilisasi dual-axis untuk meningkatkan pelacakan target laser hingga 3 km.
Bionix II Singapura
Varian lain dari Bionix adalah Bionix 25 yang juga turret-nya dapat ditempati  2 tentara dan dapat mengangkut sepuluh tentara. Bionix 25 dipersenjatai  cannon ATK M242 25mm Bushmaster dual-feed dengan stabilisator vertikal dan horizontal.  Meriam Bionix 25 ini  mampu menembakkan 180 amunisi 25mm dalam satu putaran ditambah 420 putaran dalam stok amunisi.
Masih ada lagi Bionix Angkut Pasukan 40/50.  Kendaraan tempur ini hanya menempatkan satu  tentara di turret, dapat mengangkut 11 tentara, serta memiliki stasiun senjata kembar dengan peluncur granat 40 mm, senapan mesin 7,62 mm dan 12,7 mm. Kendaraan lain yang masuk dalam keluarga Bionix adalah Kendaraan Lapis Baja Recovery (ARV)  dilengkapi  winch dan derek , Kendaraan Lapis Baja Jembatan (AVLB) serta Kendaraan Angkut Infanteri (ICV).

Interior of Bionix II 40/50
Bionix II mengusung Mesin diesel Detroit Diesel 6V-92TA turbocharged  500 hp, dilengkapi injeksi diesel elektronik, dengan transmisi otomatis hydromechanical HMPT-500EC dan final drive dari General Dynamics Land Systems. Kompartemen mesin dilengkapi deteksi kebakaran otomatis dan sistem pencegah kebakaran dry-powder  sebagai cadangan.
Di jalan beraspal Bionix bisa dipacu hingga 70km/jam. Sementara untuk medan off-road 25 hingga 40km/jam dengan akselerasi dari 0 sampai 32km/jam dalam 10 detik.
TERREX AV81 SINGAPURA
Terrex Infantry Carrier Vehicle (ICV) Singapura
RCWS Terrex

Tidak itu saja Singapura juga memiliki kendaraan tempur lapis baja armoured infantry fighting vehicle (AIFV) Terrex AV 81 yang dikembangkan oleh Teknologi Timoney Turk bersama Singapore Technologies Kinetics . Terrex AV81 memiliki berat 25-30 ton  dengan chassis roda 8×8  berpelindung besi modern dengan senjata utama  CIS 40 AGL with 60 rounds, senjata mesin kaliber 7.62 mm Co-axial  serta pelontar asap. Kendaraan tempur ini juga dikembangkan untuk mengusung twin-weapon remote control weapon system (RCWS).
RCWS Terrex
RCWS Terrex
RCWS  memberikan pandangan optik dan thermal untuk pasukan dan komandan dalam pengintaian, menetapkan target serta target damage assessment.
Prototype Terrex AV 81 ini muncul pertama kali pertengahan tahun 2004 yang terus dikembangkan untuk kemampuan level armour protection serta sistem senjatanya. Terrex AV 81 dilengkapi power steering untuk empat roda terdepan,  central tyre-pressure inflation system, anti-lock braking system dan kemampuan proteksi senjata  nuclear, biologi dan kimia.  Terrex  81 A juga memiliki kemampuan amphibi berkat adanya dua mesin water jet yang mampu mendorong kendaraan ini di permukaan air 10km/jam.

CIS 40mm AGL , Terrex
Terrex
Singapura juga menembangkan Terres AV 82 sejak tahun 2005 dengan meningkatkan kemampuan kemudi dan suspensi kendaraan tempur tersebut.  Singapura telah memiliki 135 Terrex dengan 5 varian: trooper, command vehicle, engineer vehicle, ambulance dan anti-tank guided missile (ATGM). Tipe Trooper mampu mengangku 13 personil termasuk juru mudi, persenjataan dan amunisi. Sementara varian command vehicle berfungsi sebagai command and control medan peperangan.
Singapore Technologies Engineering
Kehebatan Singapura ini tidak terlepas dari kinerja Singapore Technologies Engineering  yang didukung penuh  Pemerintah Singapura. Singapore Technologies Engineering adalah produsen senjata terbesar ke-49 di dunia. Di Asia, ST Engineering hanya kalah dari Mitsubishi Heavy Industries dari Jepang (peringkat 24), serta Hindustan Aeronautis (peringkat 34) dan Indian Ordnance Factories (peringkat 46) dari India.
ST Engineering terdiri dari empat anak perusahaan, yaitu ST Aerospace, ST Kinetics, ST Electronics, dan ST Marine. ST Aerospace, menjadi pusat perawatan sejumlah pesawat seperti Hercules C-130, Fokker 50, Bell, helikopter Super Puma, hingga Pesawat Tempur F-5 Tiger. Bahkan pabrik itu mampu mengembangkan sendiri A-4SU Super Skyhawk untuk Angkatan Udara Singapura.

Tank Self Propelled Howitzer 1 (SSPH 1) Primus
Tank Self Propelled Howitzer 1 (SSPH 1) Primus
Adapun ST Kinetics dikenal produsen sejumlah senjata dan kendaraan berat. Produk andalannya senapan serbu SAR 21, senapan serbu jenis bullpup (yang mekanisme dan magazin terletak di belakang pelatuk). Senapan ini dikembangkan untuk menggantikan M16S1 dan  dilengkapi optik bidik 1,5 dan 3 kali zoom. SAR 21 juga memiliki desain magazin transparan, sehingga penembaknya bisa melihat berapa sisa peluru yang tersisa untuk ditembakkan.
Senapan SAR21
Senapan SAR21
Senapan SAR21
Ada juga senapan mesin ringan The Ultimax 100, senapan mesin 50 MG, dan pelontar mortar 120 mm, atau 120 SRAM (Super Rapid Advanced Mortar). Senapan SAR21 ini diborong oleh Brunei. Sedangkan Ultimax 100, dibeli oleh Kroasia, Peru, Filipina, Thailand, Zimbabwe, Slovenia, juga Indonesia. Bahkan Indonesia disebut mengambil lisensi senapan mesin 50 MG untuk dikembangkan menjadi Pindad SMB-QCB (Senapan Mesin Berat-Quick Change Barrel).
Bronco
Light Weight Howitzer (SLWH) Pegasus 155mm
Untuk kendaraan berat,  selain membuat AFV Bionix dan Terrex, ST Kinetics juga memproduksi tank Self Propelled Howitzer 1 (SSPH 1) Primus. Tank canggih ini memakai  sistem loading senjata otomatis, dan mengincar sasaran berbasis GPS dan Datalink. Ada juga tank Bronco All Terrain Tracked Carrier. Tank itu bisa melata di berbagai medan, dan tercatat dipesan oleh Angkatan Darat Inggris Raya. Militer Inggris, menamakannya “Babi Hutan”. Selain Inggris dan Singapura, militer Thailand juga menggunakan tank ini. Sementara Terrex sedang mengikuti kontes agar terpilih menjadi alutsista United States Marine Corps (USMC).
 Thailand Unjuk Gigi
MLRS DT-1 Thailand
MLRS DT-1 Thailand
Tidak hanya Malaysia dan Singapura. Thailand pun terus menggenjot kemampuan alutsista dalam negeri mereka. Badan riset Kementrian Pertahanan Thailand, Defence Technology Institute (DTI) mengeluarkan varian baru kendaraan peluncur roket multi laras DTI-1 yang merupakan kerjasama antara DTI dengan China National Precision Machinery Import & Export Corporation (CPMIEC).  Peluncur roket multi laras Thailand ini berbasis Peluncur Roket WS-1 buatan China.
MLRS DT-1 Thailand
Amunisi MLRS DT-1 Thailand
MLRS Varian baru DT1 ini memberi perlindungan terhadap kabin pengemudi dengan pelat baja. Selain itu ada pula tempat bagi awak tambahan sebaris di belakang kursi pengemudi. Adapun Kendaraan yang dipakai Volvo FM-400 6×6. Tidak dijelaskan Level STANAG dari lapisan baja untuk proteksinya.
Seperti halnya peluncur roket WS-1, DTI-1 juga memiliki roket berdiameter 302 mm yang dapat menjangkau sasaran sejauh 180 km. Rokets DTI-1 membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk melakukan penembakan dan mampu melesat dengan kecepatan 5.2 mach.  Hulu ledak yang dipakai ZDB-2B, seberat 150 kg  sama seperti seperti WS-1B China. Selain varian baru MLRS DT-1, Thailand juga mengembangkan DTI-1G (Guided) agar presisi roket lebih akurat, yang juga dibantu CPMIEC China.
mlrs-dt-1 thailand

Indonesia juga memiliki potensi untuk mengembangkan alutsista dalam negeri. Antara lain dengan adanya blue print IFV Marder dari Jerman yang bisa dipelajari dan dikembangkan lebih lanjut, Pengembangan Panser Anoa RCWS, Helikopter serang ringan Gandiwa, Jet tempur IFX,  Roket Lapan serta Kapal cepat Rudal/ Korvet Trimaran. Persoalannya kapan alutsista produk dalam negeri itu bisa terwujud ?
Sumber : JKGR

Senin, 11 Maret 2013

Ukraina Ingin Bangun Pabrik Pesawat Antonov Di Indonesia

Antonov An-225 Mriya. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Antonov An-225 Mriya
INDONESIA-UKRAINA TINGKATKAN KERJA SAMA INDUSTRI PERTAHANAN

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hajriyanto Y Thohari mengatakan bahwa Indonesia dan Ukraina akan meningkatkan kerja sama di bidang industri pertahanan. "Kami mendapat kunjungan kehormatan dari Duta Besar Ukraina yang baru. Pada kesempatan ini, Dubes meminta dukungan MPR untuk dapat mengembangkan kerja sama di bidang industri pertahanan," kata Hajriyanto usai pertemuan dengan Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Volodymyr Pakhil di Gedung Nusantara III MPR/DPR, Jakarta, Senin (21/1/2013).

Menurut dia, kerja sama di bidang industri pertahanan tersebut layak dikembangkan mengingat Ukraina merupakan salah satu negara dengan industri pertahanan yang maju, terutama untuk angkutan militer udara dan laut yang diproduksi oleh Antonov. "Bahkan, sekarang ini Antonov sudah memproduksi pesawat dan kapal laut bukan hanya untuk keperluan militer tapi juga untuk keperluan kargo dan sipil," ungkapnya.

Dia juga mengatakan Dubes Volodymyr Pakhil telah menyatakan kesiapan dan kesediaan pemerintah Ukraina untuk mendirikan pabrik pesawat Antonov di Indonesia dengan cara menjalin kerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia (PTDI). "Jadi, bentuk kerja sama ini bukan hanya Indonesia membeli pesawat Antonov tetapi pesawat itu akan dibuat di pabrik Indonesia, dan mereka siap dengan aspek transfer teknologi pesawatnya," ujarnya.

Terkait hal tersebut, Hajriyanto mengatakan dalam waktu dekat beberapa perwakilan dari Antonov akan mempresentasikan penawaran kerja sama tersebut kepada pemerintah. Selain itu, dia juga mengatakan, Dubes Ukraina dan perwakilan Antonov akan mulai melakukan pembicaraan mengenai kerja sama industri pertahanan itu dengan Menteri Pertahanan dan pihak TNI Angkatan Darat, Laut, dan Udara. "MPR sudah menyatakan kesiapan untuk membantu kelancaran kerja sama ini karena kami berpendapat Indonesia sebagai negara kepulauan memang membutuhkan angkutan militer yang canggih. Kami berharap pemerintah dapat menyambut kerja sama ini," tuturnya.

Namun, dia juga menegaskan bahwa MPR hanya akan memberi dukungan dan landasan perundang-undangan untuk program kerja sama di bidang industri pertahanan itu. "Sedangkan keputusan untuk menyetujui dan melaksanakan kerja sama akan diberikan kepada Presiden karena ini wilayah eksekutif," jelasnya.

www.kemhan.go.id

Jumat, 08 Maret 2013

Perang Sabah Buka Kelemahan Militer Malaysia

SABAH-(IDB) : Para pejuang Tentara Pembebasan Sabah (Sabah Liberation Army-SLA) mengatakan bahwa perang gerilya akan terus dilakukan untuk membebaskan Sabah dari pendudukan Malaysia. Suatu pernyataan disampaikan oleh para pejuang SLA dari Sulu. Tentara Malaysia pun sampai hari ini (06/03/2014) belum mengumumkan perkembangan terakhir serangan yang dilakukan oleh militer Tentara Diraja Malaysia.

Sementara itu Kedutaan Besar Malaysia di Manila ditutup karena adanya demonstrasi di depan kedutaan besar negara Malaysia. Perkara perjuangan membebaskan Sabah oleh Kesultanan Sulu menjadi berita besar baik di Malaysia, Brunei dan Filipina - sementara pihak Indonesia menganggap peristiwa dan pergolakan di Sabah bukan urusan Indonesia, meskipun pada kenyataannya kondisi di lapangan sangat memungkinkan penyusupan dan perampasan wilayah Indonesia oleh Malaysia terjadi dengan memanfaatkan konflik Sabah.

Pihak SLA atau Tentara Pembebasan Sabah yang diduga juga didukung oleh MNLF menyampaikan bahwa mereka akan melakukan serangan secara sporadis dan terencana sebagai balasan atas serangan yang sudah menewaskan llebih dari 50 orang termasuk pihak Tentara Diraja Malaysia. Para pengamat militer sebenarnya merasa heran dengan taktik militer Malaysia dalam perang di Sabah melawan para pejuang SLA.

Para pejuang SLA yang merupakan keturunan dan pewaris yang sah atas Sabah sesuai dengan garis hak dari Kesultanan Sulu berikrar akan melakukan serangan balik dan akan terus berupaya membebaskan Sabah secara militer karena tidak ada dukungan secara diplomatik. Para pejuang SLA menyampaikan bahwa integrasi Sabah tidaklah sah karena dilakukan atas dasar persetujuan para pengelana Eropa, China, dan Kolonial Inggris di Borneo Utara.

Di pihak lain, perang di Sabah ini adalah perang pertama militer Malaysia dalam menghadapi perang gerilya yang akan berlangsung bertahun-tahun. Menarik sekali mengamati kemampuan perang militer Malaysia tanpa dukungan Inggris, Australia dan Singapura. Namun melihat beberapa hari sejak pernyataan perang terhadap para pejuang SLA, kemampuan taktis militer Tentara Diraja Malaysia menunjukkan tingkat yang sangat rendah dibandingkan dengan kemampuan militer Filipina, Laos, Singapura, Indonesia, apalagi Vietnam.
Sumber : Kompasiana