Selasa, 30 April 2013

Saatnya Memperkuat Natuna



Ambisi ekspansi klaim teritorial Cina sudah menampakkan inkubasinya dan mulai memberikan rasa gerah pada negara di sekitarnya yang berseteru.  Sepertinya dia tidak peduli dengan protes negara tetangganya antara lain Jepang, Vietnam, Filipina dan Malaysia.  Cina sedang giat membangun kekuatan milternya dan bercita-cita menjadi kekuatan berkemampuan serbu.  Kemampuan untuk itu sudah di depan mata.  Manuver armada angkatan lautnya di Laut Cina Selatan sudah membuat Filipina, Vietnam dan Malaysia berteriak kencang.
Salah satu halaman yang diperebutkan itu adalah perairan Natuna yang notabene adalah pagar terdepan teritori Indonesia.  Jika terjadi tawuran bersenjata di halaman itu bukan mustahil pagar rumah kita kena imbas bahkan ikut diobrak abrik.  Nah karena ini menyangkut pagar kehormatan bangsa tentu jalan terbaik adalah memperkuat pagar tadi dengan konstruksi “beton bertulang”.  Maksudnya pengawal republik dan sejumlah persenjataannya wajib digelar di bumi Natuna.  Tidak hanya alat pandang dengar berupa satuan radar dan satuan intelijen tok, tapi alat pemukulnya juga harus ikut dibawa dan disandingkan disana.
Peta hotspot lidah naga Cina
Perwujudannya bisa berupa peningkatan status Lanal Natuna menjadi pangkalan utama (Lantamal) dan menjadi salah satu basis kehadiran sejumlah KRI striking force.  Demikian juga dengan pangkalan udara Ranai sudah harus tersedia dan menginap ditempat sejumlah jet tempur dan pesawat intai maritim untuk memberikan nilai kewibawaan pada pagar bertulang tadi. Angkatan Darat diwajibkan pula menggelar satuan arhanud dengan kemampuan rudal SAM jarak sedang. Saat ini Armada Barat sedang menggelar operasi gugus tempur laut di Natuna dengan kekuatan 12 KRI.
Lho emang kita mau perang.  Jawabnya tidak.  Kehadiran satuan tempur TNI di Natuna justru untuk menjaga agar tidak terjadi konflik sekaligus menjaga kehormatan dan kedaulatan teritori NKRI.  Kehadiran sejumlah KRI di Natuna diyakini mampu mengefisienkan biaya operasi patroli gugus keamanan laut atau gugus tempur laut karena dukungan logistik dan amunisi lebih dekat.  Tidak seperti sekarang jika satuan patroli tadi melakukan tugasnya, jarak tempuh dan dukungan logistik dari Tanjung Pinang dan Jakarta menjadi bengkak karena jauhnya jarak dan harus isi ulang logistik.  Demikian juga dalam hal kecepatan reaksi diperlukan waktu minimal 4 hari untuk sampai di Natuna.
Pergelaran milter dalam ukuran global ketika terjadi perang dingin antara NATO dan Pakta Warsawa, puluhan ribu prajurit dan alutsista di sepanjang garis perbatasan kedua blok cukup mencengangkan.  Ribuan MBT, Artileri, Rudal, Jet Tempur, Kapal Perang pada siaga semuanya tapi toh tidak terjadi insiden apalagi konflik terbuka sampai akhirnya salah satu blok militer itu bubar jalan.  Jadi gelar militer itu justru memberikan rasa enggan untuk memulai atau mengganggu.  Natuna harus dilihat dalam perspektif itu.  Perspektif lain adalah kandungan minyak dan gas bumi di kawasan itu yang sangat besar.  Itu harus dilindungi.
Masjid Raya Natuna, luar biasa
Sebenarnya ada dua nilai tambah yang diperoleh dengan memperkuat Natuna sebagai basis militer gabungan setingkat  brigade.  Selain untuk menjaga kewibawaan teritori dari klaim Cina juga menjadi kekuatan yang mampu melakukan blokade militer dari pergerakan militer negara tetangga yang berkepentingan dengan klaim Ambalat.  Pergerakan armada angkatan laut negara jiran yang hendak menuju Ambalat jika terjadi konflik terbuka akan mampu dihadang oleh armada barat TNI AL yang berada di Natuna dan Tanjung Pinang.
Perkuatan angkatan laut dengan membentuk tiga armada tempur tentu sangat diharapkan. Lebih dari itu pengisian KRI striking force adalah formula utamanya yang akan memberikan nilai kekuatan gebuk armada.  Saat ini sedang disiapkan penambahan kekuatan.  PT PAL dan galangan kapal swasta dalam negeri sedang membangun sedikitnya 20 kapal perang berbagai jenis.  Dengan Belanda sedang dibangun 2-3 kapal perang jenis PKR, sementara 3 kapal perang second ex Brunai jenis korvet sedang dipoles sebelum datang di tanah air.  Demikian juga dengan pengerjaan 3 kapal selam Changbogo di Korsel sedang dalam proses.
Sejalan dengan pengembangan armada angkatan laut dan pembentukan Kogabwilhan maka Natuna sangat diharapkan menjadi salah satu opsi untuk basis kekuatan militer dengan alutsista pemukulnya. Natuna diyakini akan masuk Kogabwilhan I dengan Sumatera sebagai induknya dan Medan sebagai “Mabesnya”.  Lantamal yang ada di Armada Barat saat ini adalah Tanjung Pinang, Belawan, Padang dan Jakarta.  Secara geografi posisi Tanjung Pinang adalah yang terdekat dengan Natuna meski masih harus berlayar sejauh 550 km jarak udara.
Oleh sebab itu diperlukan peningkatan status Natuna dengan menjadikannya sebagai pangkalan utama TNI AL.  Kecepatan reaksi salah satu argumennya.  Misalnya ada pergerakan armada angkatan laut negara asing di perairan utara Natuna maka satuan KRI yang ada di Lantamal Natuna lebih cepat mengantisipasinya. Itu aspek teknis operasionalnya.  Lebih dari itu dari aspek strategis menempatkan satuan pemukul KRI, rudal SAM dan jet tempur di  kawasan Natuna tentu memberikan nilai kewibawaan bagi bangsa ini. Sudah saatnya kita memperkuat Natuna dan TNI memang harus tampil gagah menjaga kewibawaan negeri ini.
*****
Jagvane / 29 April 2013

Minggu, 21 April 2013

Bangkitnya Kembali Pabrik Pesawat RI

Sebuah pesawat CN 235 Maritime Patrol (MPA) pesanan TNI Angkatan Laut terparkir di hanggar PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Berkelir hijau, pesawat itu baru saja lulus uji coba terbang selama satu jam di langit Jawa Barat awal April 2013 lalu.
 
Para teknisi PTDI berkerubung di pesawat seharga US21,5 juta per buahnya itu. Burung besi produksi PTDI bekerjasama Airbus Military itu hendak diperkuat dengan radar pengintai lautan, dan kamera beresolusi tinggi.
“Radar itu dapat melihat hingga 200 meter di bawah permukaan laut,” kata mantan Kepala Humas PTDI, Rakhendi Priatna yang menemani VIVAnews berkeliling di pabrik pembuatan pesawat PTDI, di lahan seluas 80 hektar, awal April 2013 lalu.
Di belakang CN 235 MPA, tampak antri dua pesawat lainnya.  Semua menunggu kelihaian tangan para teknisi. PTDI memang saat ini tengah kebanjiran berbagai pesanan pesawat, khususnya CN 235. Pada 2012, PTDI berhasil membuat empat unit CN 235, dua unit NC 212, dua unit Super Puma, satu unit CN 195 dan 12 unit Bell 412.
Setelah terpuruk dihajar badai krisis moneter 1997,  perusahaan itu kini mencoba bangkit. Hanggar yang dulu sempat sepi, kini ramai dengan beragam pekerjaan.  Order mengalir, dan rezeki pun tumpah. Setelah merugi sembilan tahun, baru pada 2012 perusahaan menangguk laba.
Terakhir, rapor keuangannya biru pada 2002, dengan laba bersih Rp11,26 miliar. Setelah itu, kantong PTDI pun kempis.   Hutangnya seawan, dan nyaris kolaps. Sekitar 16 ribu karyawan dipecat, dan hanya  tersisa 4.000.  Para insinyur terbaik pun hengkang ke berbagai pabrik pesawat dunia.
Lebih tragis lagi, perusahaan perakit pesawat itu sampai terpaksa membuat panci agar bisa bertahan hidup. “Sepanjang 2003 hingga 2007 PTDI ini tak pernah tutup buku. Sehingga kami harus mulai tutup buku 2003-2007,” kenang Direktur Utama PTDI, Budi Santoso.
Budi bukanlah orang baru di PTDI. 
Ia bergabung sejak 1987, saat masih bernama IPTN. Pada 1998 lalu, ia pindah menjadi Direktur Utama PT Pindad, dan berhasil. Pada 2007 lalu, doktor ilmu robotika dari Katholieke Universiteit Leuven, Belgia, ini diminta pemerintah membenahi PTDI.
Saat ia baru memimpin, Budi dicegat oleh banyak persoalan. Ribuan bekas karyawan berdemonstrasi menuntut pesangon. Dan soal itu terus menguras energinya. Ditambah beban hutang, khususnya hutang kepada pemerintah yang mencapai Rp3,8 triliun. Kas  keuangan PTDI kandas saat itu.
Dia lalu membereskannya tahap demi tahap. Pada 2009, semua urusan masa lalu itu kelar. Setelah diaudit BPK, instansi pajak, dan berbagai lembaga, utang ke pemerintah itu pun beres. “Kami minta utang kepada pemerintah dikonversi menjadi modal. Duitnya sih tidak ada, hanya di atas kertas. Tapi ia tidak menjadi beban keuangan PTDI,” katanya.
Tangan dingin Budi Santoso perlahan menuai hasil. Pada 2012 lalu,  perusahaan membukukan laba bersih sekitar Rp40 miliar, dengan pendapatan Rp2,68 triliun. Pendapatan terbesar disumbang oleh pembuatan pesawat sebesar Rp2,3 triliun, manufaktur komponen Rp236 miliar, jasa teknisi dan alutsista Rp65 miliar, dan dari perawatan pesawat Rp104 miliar.
Tiga  langkah
Beresnya utang masa lalu itu, kata Budi Santoso, menjadi titik balik PTDI. Pada akhir 2011, mendapatkan kucuran dana Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp2,06 triliun. Direksi tidak menyia-nyiakan dana itu, dan langsung memakainya untuk modernisasi mesin, hanggar dan sumber daya manusia.
Direktur Niaga dan Restrukturisasi, Budiman Saleh menjelaskan PTDI telah mengalokasikan Rp270 miliar membeli berbagai mesin produksi serta membenahi dan membangun hanggar baru senilai Rp140 miliar. Nantinya, PTDI akan mempunyai dua hanggar perakitan pesawat.
Satu hanggar baru tersebut baru akan beroperasi pada Semester I 2014, dan mampu merakit pesawat besar seperti CN 295. 
Tiga langkah restrukturisasi pun  dilakukan. Pertama, pada fase darurat, selama 2011-2012, dibenahi kondisi internal. Kedua, adalah tahap stabilisasi pada 2012-2013. Pada fase ini perusahaan melakukan berbagai investasi dan revitalisasi. Terakhir, diharapkan pada 2015 ke atas, PTDI diharapkan lepas dari ketergantungan pada pemerintah.
“Saat ini kami sedang dalam tahap fase kedua. Kita lakukan pencarian pendanaan untuk permodalan, pemetaan pasar dan persiapan produk baru seperti N 219,” kata Budiman.
Saat ini, untuk bergerak perusahaan memang tergantung pada rezeki dari pemerintah. Misalnya, PTDI meraup kontrak hingga Rp7 triliun hingga tiga tahun mendatang, sebagian besar dari Kementerian Pertahanan. Tapi setelah itu, PTDI diminta untuk mandiri.
“Kami perlu hidup. Bisnis pesawat terbang bukan sesuatu yang instan,” kata Budi Santoso.
Bantuan itu, kata Budi, penting. Ia seperti efek bola salju. Konsumen melihat perusahaan mulai bangkit, dan tanpa diundang, mereka datang ke pabrik dan melakukan kerjasama. “Lima tahun lalu, saat saya pertama kali menjadi Direktur Utama, hal ini tidak pernah saya bayangkan,” katanya.
Menggandeng Airbus
Salah satu kunci keberhasilan PTDI adalah belajar dari kesalahan masa lalu. Sewaktu masih bernama IPTN, perusahaan ini “jor-joran” mengembangkan berbagai macam pernik pesawat walaupun tidak ekonomis.  Insinyur mereka waktu itu sangat menguasai teknologi, tapi tidak mengerti ilmu marketing.

“Ternyata, mengerti teknologi saja tidak cukup. Bagian lain adalah menguasai pasar, kami tidak pernah pelajari hal tersebut,” kata Budi.
Jalan lain mendongkrak kembali perusahaan yang  “pingsan” sejak krisis 1997 lalu adalah usaha  menggandeng industri penerbangan lain yang telah berkibar, yaitu Airbus dan Boeing. “Dua-duanya kami jajaki,” ujar Budi.
Namun, yang terdekat adalah EADS, perusahaan yang termasuk grupnya Airbus. Secara sejarah, PTDI lebih dekat, meskipun dulu mereka pernah punya hubungan dengan Boeing.
Cara ini, kata Budi, lebih efektif. Soalnya, membuat pasar baru membutuhkan waktu hingga puluhan tahun. 
PTDI tidak mungkin menanti selama itu, bisa keburu mati. Cara PTDI mirip seperti yang dilakukan Lenovo dan IBM. “Lenovo dahulu menggunakan merek IBM hingga orang-orang sadar IBM itu Lenovo. Sekarang Lenovo tidak memakai nama IBM namun tetap laku,” katanya.
Cara ini mulai membuahkan hasil. PTDI kini menerapkan standar administrasi hingga membuat pesawat, yang sesuai standar Airbus, baik EADS Airbus dan Airbus Military, membantu dari teknik hingga non teknik. Per tahun, PTDI mendapatkan kontrak Rp180-200 miliar. Dengan bekal inilah, PTDI bertekad membuat pesawat asli Indonesia.
Selain dengan EADS, PTDI juga menjalin kerjasama dengan Eurocopter Family yang juga dibawah EADS untuk membuat body helikopter MK II, yaitu tailboom dan fuselage senilai Rp5 miliar. Selain itu PTDI juga menjadi subkontrak CTRM dan Korean Air senilai Rp10 miliar.
Berbagai pesanan inilah yang membuat para karyawan PTDI bergairah. Saat ini, pabrik PTDI berjalan dua shift. Pada shift malam mereka akan mengejar produksi jika terjadi masalah di dua shift sebelumnya. Saking penuhnya order, PTDI tidak berani mengambil pekerjaan lagi. Kapasitas produksi perusahan itu sudah penuh.
“Maka, kalau ada yang bilang kami menganggur, itu salah. Dengan modernisasi saat ini, PTDI 2-3 kali lebih produktif dari yang lama,” katanya.
Jet tempur
Mesin-mesin buatan Jerman, Italia dan Taiwan terbaru sejak 2012 lalu telah hadir di pabrik PTDI. Mesin CNC (Computerized Numerical Control), di antaranya Quaser MV 18C, Haas VF6-50, Haas VR 11 B Deckel Maho DMU 100 mB, dan mesin Gantry Jobs LINX30 serta Gantry Matec 30 P membuat semangat baru bagi para teknisi. Urusan produksi menjadi lebih cepat.
Meski begitu, kapasitasnya belum setara dengan pabrik besar seperti Airbus. Untuk membuat sebuah pesawat dari nol hingga bisa terbang PTDI membutuhkan waktu 8-12 bulan. Sementara Airbus dan Boeing, rata-rata hanya butuh dua pekan. Dengan mesin baru, waktu produksi diharapkan bisa diringkas menjadi dua bulan.
Bermodal mesin itu pula, perusahaan yakin dapat meraup laba lebih besar. Pada 2013 ini PTDI menargetkan pendapatan sebesar Rp3 triliun,  dengan target laba bersih Rp60 miliar. Pada 2012 laba tercatat Rp40 miliar. Perusahaan kini mulai percaya diri, misalnya meminjam dana ke Bank sebagai modal kerja.
Secara potensial, PTDI masih bisa mengembangkan CN-235 menjadi CN-234 Next Generation.  CN-235 adalah proyek bersama antara PTDI dengan CASA. PTDI diberikan kebebasan oleh CASA untuk memberikan berbagai inovasi pada CN-235. Salah satunya menambahkan wing tips untuk menambah kestabilan pesawat.
Selain itu, C-212 versi improvement, harganya lebih murah, dan kapasitasnya juga bertambah. “Kami juga menargetkan pusat perawatan PTDI dapat merawat Airbus A320 di Indonesia,” ujar Budi.
Agar makin tokcer di masa depan, perusahaan itu akan merekrut generasi muda. Penerimaan besar-besaran insinyur PTDI terjadi pada 1982-1986. Setelah itu, tidak ada lagi. Kini sekitar 45 persen sumber daya ahli di perusahaan itu, khususnya para engineer, telah memasuki masa pensiun.
Kini, pegawai baru direkrut secara bertahap. “Yang pensiun, akan kami pertahankan 1-2 orang sebagai pelatih engineer baru. Cara ini kami gunakan mengatasi lost generation di PTDI,” kata Budiman.
Sebagai bahan latihan bagi para insinyur muda, PTDI menyiapkan N 219. Pesawat berkapasitas 19 orang ini akan dijadikan model agar para insiyur muda mengetahui satu siklus pembuatan pesawat.
Dari produk N 219 inilah, tenaga ahli muda itu dapat mengembangkan beragam jenis pesawat. Bukan tak mungkin suatu saat mereka menciptakan pesawat jet komersial seperti N2130 yang mati suri. Atau pesawat tempur IF-X/K-FX, kolaborasi PTDI dengan Korea Selatan.
Proyek terakhir itu kini memang tidak jelas nasibnya. Sebab, Korea Selatan memotong anggaran riset, serta pemerintah Turki mengundurkan diri dari program itu. (np)
Sumber : Vivanews

Rabu, 17 April 2013

5 Kapal Selam Milik Indonesia Patroli Perbatasan.

SORONG Kapal selam 402 milik TNI Angkatan Laut yang sedang melakukan patroli rutinitas di perairan perbatasan negara, kemarin sore sekitar pukul 15.00 Wit singgah di Pelabuhan Sorong. 

Sandarnya kapal selam yang bermarkas di Surabaya tersebut, untuk mengisi BBM, serta mengisi air tawar dan menguatkan bahan makanan. 

Rencananya setelah keperluan itu tercukupi kapal selam akan kembali melanjutkan misi nya keliling perbatasan perairan negara. Komandan kapal selam Letkol Purwanto melalui wakil komandan Mayor Muhammad Dimas yang ditemui wartawan, mengatakan singgahnya kapal selam tersebut karena di Sorong terdapat pangkalan. 

Ia sendiri belum dapat memastikan sampai kapan kapal yang dapat menyelam hingga 300 meter dibawah permukaan laut itu berada di Sorong. namun menurutnya direncanakan dalam waktu dekat harus sudah kembali berlayar.

Bukan kunjungan tetapi kami singgah karena di sini kan ada pangkalan, untuk mengisi bahan bakar dan juga mengisi air tawar dan bahan makanan,katanya seraya menambahkan, perlunya mengisi BBM , setelah sempat tiga pekan berlayar dan menyelam untuk mengelilingi perbatasan perairan negara. 


Kalau untuk kondisi di perbatasan perairan sendiri sampai saat ini masih aman terkendali, tegasnya. Kapal selam tersebut sebelumnya sandar di Kupang dan melanjutkan perjalanan tujuan Sorong.

Kapal yang berangkat dari Surabaya kurang lebih satu setengah bulan lalu tersebut, mengangkut 66 anggota yang dilengkapi dengan peralatan khusus. Kapal selam sendiri, menurutnya sempat singgah di Sorong pada tahun 2002 lalu. 


Untuk selanjutnya kita masih menunggu perintah, bisa saja saat dalam perjalanan ditengah laut mendapat perintah gerak kemana ya kita laksanakan,paparnya. 

Dikatakannya,saat ini ada lima kapal selam milik Indonesia yang sedang beroperasi dengan kondisi yang baik. Kapal selam sendiri sandar di pelabuhan Sorong, tepatnya di pelabuhan sebelah kanan disamping kapal pengangkut container.(reg)

Sumber : Radar Timika

Senin, 15 April 2013

5 Kehebatan Kopassus hingga diakui dunia


Merdeka (MI) : Kasus penembakan empat tahanan Polda DIY di Lapas Cebongan, Sleman, DIY, yang dilakukan 11 personel Komando Pasukan Khusus (Kopassus), membuat publik kembali mengarahkan perhatiannya kepada pasukan elite milik TNI Angkatan Darat itu.

Dulu jelang Reformasi bergulir, Kopassus juga sempat membuat heboh publik. Saat itu Tim Mawar Kopassus diketahui menculik sejumlah aktivis pro demokrasi.

Meski demikian, prajurit Kopassus tak selalu berbuat negatif. Pasukan elite yang memiliki moto 'Berani, Benar, Berhasil' itu juga memiliki sederet prestasi yang membanggakan.

Tak tanggung-tanggung, prestasi yang dimiliki Kopassus tak hanya di dalam negeri, di dunia internasional Kopassus juga menjadi pasukan elite yang dipandang dan disegani dengan segudang prestasi.

Berikut lima kehebatan Kopassus hingga diakui dunia


1. Kopassus juara menembak jitu

5 Kehebatan Kopassus hingga diakui dunia
Keahlian menembak sasaran secara tepat menjadi syarat mutlak anggota pasukan elite seperti Kopassus. Sebab, berbeda dengan pasukan biasa, pasukan elite menjadi andalan untuk menjalankan tugas-tugas penting yang tentunya memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.

Menembak tepat sasaran menjadi salah satu keahlian yang dimiliki Kopassus ketimbang pasukan elite dari negara lain. Dalam pertemuan Pasukan Elite Asia Pasific yang diselenggarakan pada Desember 2006, personel Kopassus meraih juara penembak jitu (sniper).

Canggihnya, senjata yang digunakan merupakan senjata buatan bangsa sendiri yang diproduksi oleh PT Pindad. Sementara, di posisi kedua diraih oleh pasukan elite Australia.

2. Kopassus peringkat 2 sukses operasi militer

5 Kehebatan Kopassus hingga diakui dunia
Dunia internasional tak asing dengan nama Kopassus. Sebab, pasukan elite milik TNI itu dikenal memiliki segudang prestasi.

Pada pertemuan Elite Forces in Tactical, Deployment and Assault di Wina, Austria, Kopassus meraih peringkat dua dalam melakukan operasi militer strategis, seperti; intelijen, pergerakan, penyusupan, penindakan.

Sementara, di urutan pertama adalah pasukan elite Amerika Serikat Delta Force. Saat itu 35 pasukan elite dunia ikut unjuk gigi di ajang tersebut.

3. Kopassus peringkat 3 pasukan elite dunia

5 Kehebatan Kopassus hingga diakui dunia
Kopassus merupakan salah satu pasukan elite terbaik di dunia. Berdasarkan urutan pasukan elite dunia versi Discovery Channel Military edisi 2008, Kopassus berada di posisi tiga pasukan elite dunia.

Sementara di posisi pertama diduduki United Kingdom's SAS, dan di posisi dua Israel's MOSSAD. Hal itu jelas membanggakan TNI dan Indonesia.

Sebab, Kopassus nyatanya mengalahkan pasukan-pasukan elite dari negara lain, salah satunya Amerika Serikat yang terlalu bergantung pada peralatan yang berbasis teknologi super canggih, akurat dan serba digital.

4. Skill Kopassus di atas rata-rata pasukan elite negara lain

5 Kehebatan Kopassus hingga diakui dunia
Personel Kopassus tidak terlalu bergantung dan mengandalkan teknologi canggih. Karena itu, tiap personel Kopassus dituntut memiliki kemampuan bela diri yang cakap. Tak heran jika konon kabarnya satu prajurit Kopassus setimpal dengan lima prajurit biasa.

Hal itu tentu berbeda dengan pasukan negara maju seperti Amerika Serikat yang terlalu mengandalkan kecanggihan teknologi senjata yang dimilikinya. Narator Discovery Channel Military menyatakan, sebuah pasukan khusus yang hebat adalah pasukan yang mampu mencapai kualitas sempurna dalam hal kemampuan individu.

Kemampuan itu adalah kemampuan bela diri, bertahan hidup (survival), kamuflase, strategi, daya tahan, gerilya, membuat perangkap dan lain-lain.

5. Kopassus latih pasukan militer negara lain

Kehebatan yang dimilikinya Kopassus membuatnya disegani militer negara lain. Bahkan, sejumlah negara di dunia meminta Kopassus untuk melatih pasukan militernya, seperti negara-negara di Afrika Utara dan Kamboja.

80 Persen pelatih militer di negara-negara Afrika Utara diketahui menggunakan pelatih militer dari Kopassus. Para perwira Kopassus ditugaskan untuk melatih pasukan militer yang dimiliki negara-negara di benua hitam itu.

Sementara itu, Kamboja juga telah lama menggunakan pelatih militer dari Kopassus. Tak tanggung-tanggung, pasukan yang dilatih Kopassus adalah pasukan khusus bernama Batalyon Para-Komando 911. Pasukan itu merupakan bagian dari tentara Kerajaan Kamboja (Royal Cambodian Army).
Sumber : Merdeka

Minggu, 07 April 2013

Asal Usul Jiwa Korsa

Dua peristiwa besar melibatkan anggota TNI. Pertama kasus pembakaran Polres Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan yang dilakukan Danyon Armed Martapura. Ke dua kasus penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta yang dilakukan Grup 2 Kopassus, Karangmenjangan.

Alasan yang mengemuka dari dua peristiwa itu karena solidaritas jiwa korsa, atau I'sprit de corps. Tentara menyerang Polres UKU dan Kopassus menyerang Lapas Cebongan karena balas dendam setelah kawan mereka terbunuh.

Lalu bagaimana Jiwa Korsa terbentuk begitu kuat?

Sejarawan militer Amerika Joseph S. Rouchek (1935: 164-174) dalam esai berjudul: Social Attitudes of the Soldier in War Time, menyatakan faktor utama yang membedakan warga sipil dengan kombatan, seperti anggota militer terletak pada faktor hilangnya semua kepribadian dan individualisme.

"Saat seorang sipil menjadi militer, maka rasa nyaman berada di ruang pribadi mesti lenyap. Mereka harus menghilangkan inisiatif, sikap mematut diri, dan bekerja sama dengan rekan seperjuangan."

Sementara Willard Waller (1899-1945) dalam bukunya berjudul Willard W. Waller On The Family, Education, and War mengatakan, militer terbiasa memiliki budaya yang berbeda dari golongan masyarakat lain. Mereka memiliki tradisi sendiri yang dibentuk melalui latihan-latihan khusus.

Perwujudan dari budaya itu terbawa dalam diri seorang militer selama dia hidup sampai mati. Hal itu terwakili mulai dari lagu-lagu, rumor, mitos, sampai bahasa-bahasa slank khas tentara.

Menurut dia, jiwa korsa seorang tentara modern tidak hanya mengandalkan patriotisme. Berkaca pada pengalaman Legiun Caesar zaman Romawi dulu, seorang prajurit harus memiliki kepercayaan kuat pada rekan, dan jiwa korsa ini terbukti lebih mudah muncul dibanding semangat tempur.

Sementara itu Ralph Linton, Antropolog Amerika menyebut situasi tersebut sebagai asimilasi. Saat seseorang menjadi seorang personil militer, secara otomatis dia menceburkan diri dan beradaptasi dengan prinsip-prinsip hidup yang sangat kental dengan nuansa militer.

Salah satu penanda bahwa sistem sosial khas tentara ini sukses adalah ketika personil militer dapat menunjukkan esprit de corps, alias solidaritas korps.

Parameter buat mengukur sikap korsa dalam dunia militer tidak cukup hanya mengandalkan kemampuan tempur. Tentara tidak boleh sekadar terampil, tapi dia juga harus memiliki kebanggaan tergabung dalam sebuah kesatuan.

Lalu apakah dengan alasan solidaritas jiwa korsa tentara boleh melakukan penyerangan seperti itu?

 Jiwa korsa tidak untuk langgar hukum 

Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto menganggap jiwa korsa yang ditanamkan seorang militer adalah sebuah keniscayaan. Namun hal itu bukanlah dilakukan untuk melanggar hukum, melainkan untuk memenangkan pertempuran.

Seperti yang dilakukan 11 prajurit grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Kartasuro, Jawa Tengah. Mereka menyerang Lapas Cebongan itu jelas perbuatan yang salah.

"Jiwa korsa adalah keniscayaan suatu unit. Tapi dalam peristiwa itu jiwa korsa yang tidak diarahkan tentu melanggar hukum," katanya dalam Silaturahmi Akbar di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Bandung, Sabtu (6/4).

Dia menyadari setiap anggota militer memang ditanamkan betul dalam dirinya untuk memiliki jiwa korsa yang tinggi. Saat satu anggota salah, semua akan menanggung malu. Saat kawanannya ada yang kurang, mereka akan bahu membahu.

"Ini adalah roh kesatuan militer, karena keterampilan saja tidak mampu memenangkan. Tapi loyalitas dan jiwa korsa yang tinggi akan menimbulkan satu kesatuan," jelasnya.

Dalam peristiwa Cebongan yang menewaskan empat tahanan rupanya jiwa korsa menyebabkan dendam. Jelas tindakan tersebut dikatakan dia adalah perbuatan yang melawan hukum meski didasari atas nama loyalitas.

Almarhum Sersan Kepala Santoso yang tewas dikeroyok di Hugo's Cafe memang bukan prajurit sempurna. Namun, bukti kebersamaan membentuk jiwa korsa. Semangat yang selalu mengikat kemiliteran.

Endriartono mengaku TNI selalu mengarahkan jiwa korsa yang positif terhadap prajurit. Misal saat salah satu anggota melanggar lalu lintas dan ditilang polisi kemudian malah diserang serta ditabokin. "Maka itu jiwa korsa yang negatif," katanya.

Yang benar menurutnya, jika jiwa korsa ditanamkan secara positif mereka mendukung proses hukum yang telah dilalui. "Itu mungkin salah satu jiwa korsa yang positif," tandasnya.

 Jiwa korsa dilakukan dalam pertempuran 

Letjen (Purn) Sutiyoso mengatakan, dalam kesatuan militer memang harus selalu diterapkan jiwa korsa. Namun, hal tersebut jangan sampai diterapkan dalam porsi yang salah. Menurut mantan gubernur DKI Jakarta itu, jiwa korsa haruslah menjadi pelajaran.

"Korsa dilakukan dengan tujuan di dalam pertempuran. Jangan sampai prajurit meninggalkan teman yang tertembak," kata Sutiyoso dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, (6/4).

Sutiyoso menilai kejadian penyerangan Lapas Cebongan terjadi atas dasar sebab akibat. Menurutnya, dengan terbunuhnya Sersan Santoso, mungkin itu penyebab oknum Kopassus melakukan penyerbuan.

"Saya ingin melihat dengan subyektif mungkin. Itu sebab akibat, saya kira terbunuhnya Sersan Santoso. Itu tentu sudah tersebar bagaimana dia terbunuh dan dengan cara apa," ujarnya.

Ketika ditanya bagaimana bisa oknum Kopassus mengambil senjata dengan mudah, Sutiyoso mengatakan, memang sangat sulit mengontrol anggota jika sudah di luar jam latihan.

"Mungkin diambil dari tempat latihan dan pasti ada kerjasama pelaku dengan penjaga tempat gudang senjata," ungkap Sutiyoso.

Oleh sebab itu, dia mengimbau, kepada Kopassus harus memiliki tingkat profesional tinggi. "Pengendalian diri yang tidak kokoh maksimal bisa terjadi lagi seperti ini," tandasnya.


  ● Merdeka