Kamis, 31 Oktober 2013

Mengkaji Urgensi Rudal Permukaan-Udara Jarak Jauh untuk Pertahanan Udara Nasional Indonesia

by Lundy Orlando

“To have command of the air means to be able to cut an enemy’s army and navy off from their bases of operation and nullify their chances of winning the war.” — General Giulio Douhet

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terhimpit diantara dua samudra dan dua benua dengan luas total 1,904,569 km2 yang memiliki komposisi luas daratan 1,811,569 km2 dan luas perairan 93,000 km2[1]. Dengan daerah seluas itu dan kondisi geografis pulau yang terpisah-pisah dengan laut, tentunya kedaulatan Indonesia terutama kedaulatan atas ruang udara menjadi sangat rentan terhadap ancaman-ancaman dari luar. Banyak sekali pelanggaran terhadap kedaulatan kita atas ruang udara yang merupakan wilayah blank spot terjadi. Di sini penulis tertarik untuk membahas ancaman udara yang sangat mungkin mengganggu kedaulatan negara kita dan seperti yang sudah kita ketahui bersama kedaulatan penuh atas ruang udara tidak hanya berasal dari jumlah dan kualitas pesawat tempur, jumlah dan kualitas radar, tetapi juga Surface to Air Missile (Rudal Permukaan-Udara) sebagai pertahanan udara di permukaan. Dulu pada jaman Perang Dunia ke II, dimana ilmu pengetahuan tentang computer embedded, sensor, dan rudal belum benar-benar matang, ada istilah “The bomber will always get through” yang berarti pesawat pembom pada masa itu selalu berhasil menembus pertahanan kota dan melakukan pengeboman oleh sebab itu pertahanan terbaik pada masa itu adalah dengan menyerang pangkalan militer lawan sebelum pesawat pembom menyerang kota. Setelah Perang Dunia ke II ilmu pengetahuan akan radar, computer embedded, rudal dan sensor yang berkembang pesat menyebabkan lahirnya rudal pertahanan udara / meriam pertahanan udara yang berpemandu radar menyebabkan kecilnya kemungkinan pesawat pembom dapat mencapai target mereka. Inilah masa dimana rudal pertahanan udara mulai memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga ruang udara dari ancaman seperti pesawat pengebom strategis. Taktik peperangan-pun berubah dimana pada saat perang dingin, pesawat pembom tidak lagi dijadikan sebagai andalan serangan melainkan rudal balistik dengan hulu ledak nuklir.

Pada jaman keemasannya dulu di tahun 1960-an, TNI pernah memiliki rudal pertahanan jarak menengah S-75 Dvina (SA-2 Guideline) yang menjadi salah satu andalan dalam pertahanan udara TNI dan bahkan sempat mendeteksi sebuah pesawat high altitude surveillance U2 Amerika Serikat yang terbang di langit Jakarta tetapi sejak terjadinya pemberontakan PKI yang berakhir pada renggangnya hubungan Indonesia dengan Soviet saat itu maka S-75 menjadi tidak aktif dan hingga saat ini tidak ada lagi rudal pertahanan udara jarak menengah ataupun jauh dalam sistem pertahanan udara Indonesia. Sekarang, rudal pertahanan udara Indonesia hanyalah berupa SHORAD / VSHORAD (Very Short / Short Range Air Defense) berbentuk MANPADS (Man Portable Air Defense System) seperti QW-3, RBS-70, Igla, ataupun yang mounted di KRI seperti Mistral Simbad, Sea Cat dan Strella yang berarti bentuk penggelaran pertahanan kita masih berupa point defense (pertahanan titik) bukan areal defense (pertahanan area). Point defense sendiri adalah pertahanan terhadap suatu objek atau area terbatas seperti kapal, bangunan, bandara dan objek vital lain dari ancaman yang biasanya berasal udara dan senjata point defense cenderung memiliki jarak jangkau yang terbatas. Tidak seperti areal defense yang lebih luas area cakupannya daripada point defense dan dapat membersihkan ruang udara dari ancaman-ancaman udara.

Adapun keadaan Asia Timur dan Asia Tenggara yang memanas seperti permasalahan garis perbatasan negara di LCS (Laut Cina Selatan) yang masih tak tentu antara Cina, Filipina, Malaysia dan tidak menutup kemungkinan Indonesia, uji rudal balistik jarak jauh Unha-3 dan kondisi perang terhadap Korea Selatan dan NATO oleh Korea Utara, menegangnya konflik kepemilikan di pulau Diayou/Senkaku oleh Cina dan Jepang, adanya rencana pembangunan pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin, dan adanya arms race pada negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Semua ancaman ini walau merupakan ancaman tidak langsung tetapi tetaplah merupakan suatu ancaman bagi Indonesia yang disebabkan posisi Indonesia yang terjebak antara negara-negara yang memiliki kepentingan di kawasan Asia Timur dan Tenggara. Tentunya hal ini harusnya bisa menyadarkan kita semua bahwa tidak aja jaminan bahwa Indonesia bebas perang. Apalagi Indonesia tidak memihak pihak manapun yang mau tidak mau menuntut Indonesia harus mandiri dalam membela kedaulatan atas wilayahnya.

Negara-negara tetangga Indonesia sendiri seperti Singapura, Malaysia dan Australia dalam menghadapi keadaan di Asia Timur dan Tenggara yang tidak tentu sudah memiliki solusi pertahanan udara yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing seperti Singapura dengan SPYDER dan Aster yang di letakkan pada formidable class frigate mereka[2], Malaysia dengan Jernas, dan Australia dengan Rapier 2000-nya. Indonesia sebagai negara yang besar sudah seharusnya memiliki solusi pertahanan udara jarak jauh yang cocok dengan kondisi geografis Indonesia untuk menjaga kedaulatan yang penuh terhadap wilayahnya.
SAM SPYDER Singapura

Keunggulan dari rudal pertahanan udara jarak jauh adalah keefektifannya dalam menjaga ruang udara agar bersih dari ancaman apapun. Keefektifannya sendiri terletak pada waktu siap tempur yang relatif lebih singkat daripada mencegat ancaman dengan menggunakan pesawat tempur yaitu 5 menit dan ±10 detik untuk akusisi sasaran (S-300)[3]. Bandingkan dengan menggunakan pesawat tempur sebagai pencegat (Untuk pesawat pencegat penulis memakai pesawat tempur Sukhoi Su 27/30 sebagai bahan perbandingan) sukhoi selalu siap mencegat ancaman dari Hasanuddin dalam waktu 5 menit tetapi butuh waktu puluhan menit untuk mencapai target/ancaman yang berada ratusan kilometer. Memang perbandingan ini tidak apple-to-apple sebab rudal pertahanan jarak jauh dan pesawat tempur memiliki peranan yang berbeda dan memang dirancang untuk saling co-exist bukannya saling menggantikan peran. Selain itu, efek deterrence dari rudal pertahanan jarak jauh oleh Indonesia akan membuat para pelaku black flight di wilayah blank spot takut untuk memasuki wilayah udara Indonesia tanpa ijin. Keunggulan lain dari rudal pertahanan jarak jauh sendiri adalah kemampuannya sebagai anti rudal balistik[4]. Suatu hal yang sangat sulit tapi tidak mustahil dilakukan oleh pesawat pencegat (interceptor). Sejauh ini baru F-16 Amerika Serikat dengan program NCADE saja yang mengembangkan kemampuan ini dan program NCADE sendiri hanya dipakai oleh Amerika Serikat[5]. Keefektifan rudal pertahanan udara jarak jauh yang tinggi terutama dalam areal defense menyebabkan rudal pertahanan jarak jauh menjadi satu-satunya sistem yang feasible sebagai anti rudal balistik apalagi Indonesia dihadapkan pada kenyataan dimana Korea Utara dapat mengirimkan rudal balistiknya hingga ke Darwin (Australia) mau tidak mau memaksa Indonesia untuk dapat mengintercept rudal-rudal balistik Korea Utara itu jika suatu saat benar-benar melintasi ruang udara kita.
Jernas Malaysia

Oleh karena itu, sebuah sistem rudal pertahanan udara jarak jauh yang memiliki kapabilitas anti rudal balistik dan sanggup menyediakan areal defense haruslah menjadi sebuah kewajiban untuk merealisasikan Indonesia yang berdaulat penuh atas ruang udaranya.

Referensi:
[1] https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html accessed 11/06/13
[2] http://www.naval-technology.com/news/news91328.html accessed 11/06/13 http://www.globes.co.il/serveen/globes/docview.asp?did=1000314562 accessed 11/06/13
[3] http://www.strategycenter.net/research/pubID.93/pub_detail.asp accessed 11/06/13
[4] www.dtig.org/docs/SA-12.pdf‎ Ochsenbein, Adrian “Das Boden-Luft Lenkwaffenssystem SA-12/23 GLADIATOR/GIANT”
[5] http://www.raytheon.com/capabilities/products/ncade/

Jumat, 25 Oktober 2013

China Beli Su-35 Karena Bisa Menembak Ke Belakang

Su-35
BEIJING-(IDB) : China telah memutuskan untuk membeli jet tempur Su-35 dari Rusia karena mampu menembakkan rudal secara rearward-firing (menembak ke belakang), Want China Times mengutip pernyataan Senior Kolonel Wu Guohui, seorang profesor di Beijing National Defense University.

Rudal R-73M2 dan R-74ME Rusia, rudal AIM-9X Amerika Serikat dan termasuk rudal PL-10 China, semuanya bisa ditembakkan ke target (pesawat) di belakang pesawat. Rudal-rudal itu memiliki "nose cone" dan sirip yang telah dimodifikasi untuk mencegah masalah ketidakstabilan saat peluncuran.


Menurut Wu, kemunculan rudal yang bisa menembak ke belakang ini telah mengubah konsep perang udara. Dalam pertempuran udara-ke-udara di masa depan, sebuah jet tempur harus bisa menembak jatuh musuh yang ada di belakang. Dengan rudal rearward-firing dan "spion" yang tertanam pada helm pilot.


Meskipun China sudah memiliki rudalnya, namun saat ini China belum memiliki jet tempur yang mampu meluncurkan rudal itu. Su-35 akan masuk ke Angkatan Udara PLA guna meningkatkan kemampuan pilot sekaligus memberi gambaran teknologi kepada industri penerbangan China agar mampu mengembangkannya sendiri. Sama seperti yang terjadi pada Sukhoi-Sukhoi sebelumnya, analis menilai China juga akan memodifikasi atau bahkan mengkloning Su-35.

Sebelumnya dalam laporan Russian Military News Network pada Juni lalu, China dikabarkan telah mengirimkan delegasi ke Moskow terkait rencana pembelian 24 Su-35BM senilai AS$ 1,5 miliar. Namun sumber dalam Rosoboronexport Rusia mengatakan bahwa China justru akan membeli lebih dari 24 Su-35.



Sumber : Artileri

Garasi Bawah Tanah Tank Leopard Dibangun Di Dekat Monas

Kompas Cetak 23/10/13 (kenyot10)

Jakarta (MI) : Guna mendukung pertahanan Ibu Kota, TNI Angkatan Darat membangun garasi tank tempur utama (main battle tank/MBT) Leopard di bawah tanah dekat Monumen Nasional. Garasi ini untuk mempermudah pergerakan pasukan dan mendukung pertahanan dalam perang kota.Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Budiman, di Jakarta, Selasa (22/10), mengatakan, garasi tank bawah tanah tersebut akan dibangun dekat kompleks rumah susun TNI AD yang sedang dibangun di Pejambon, Jakarta Pusat. "Batalyon MBT Leopard berpangkalan di Jawa Barat dan Jawa Timur. Untuk melindungi ibu kota Jakarta dibangun pangkalan berupa garasi bawah tanah dekat Istana Negara dan Monas," kata Jenderal Budiman optimistis.

Garasi bawah tanah tersebut mempermudah pergerakan pasukan dan mendukung pertahanan dalam perang kota. TNI AD belajar dari situasi kekacauan yang pernah terjadi di Ibu Kota sehingga perlu antisipasi.

Operator MBT Leopard dan tank angkut personel (APC) Marder adalah Divisi I Kostrad di Cilodong, Jawa Barat, dan Divisi II Kostrad di Malang, Jawa Timur.

Proyek tersebut, menurut Budiman, akan bersinergi dengan pembangunan pertahanan ruang udara Jakarta.

TNI AD juga menunggu kedatangan sejumlah peluru kendali darat permukaan (surface to air missile/SAM) terbaru yang didatangkan dari Eropa. Sistem rudal itu adalah Mistral buatan Perancis dan Starstreak buatan Inggris.

Koordinasi dengan Jokowi

KSAD mengaku sudah berkoordinasi dengan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo untuk penempatan rudal tersebut di puncak-puncak gedung di kawasan bisnis penting Jakarta kalau suatu saat negara memerlukannya.

"Payung hukumnya adalah Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang dan Rencana Wilayah yang mengatur tentang Tata Wilayah Pertahanan. Bahkan, disiapkan gorong-gorong (drainase) yang menjadi sarana pertahanan seperti di luar negeri," kata Budiman.

Dia meyakini Gubernur Joko Widodo bisa berkordinasi dengan para pemilik gedung demi kepentingan pertahanan negara. Penempatan baterai rudal dan unit-unit helipad di atas gedung itu juga akan digunakan untuk pertahanan keadaan darurat.

Pertahanan gorong-gorong tersebut bukan hal baru. Pada abad ke-19 di Kota Batavia sudah dibangun garis Van den Bosch atau jalur pertahanan berupa gorong-gorong yang menghubungkan titik strategis di Kota Ba¬tavia.

Rusun TNI AD

KSAD menambahkan, saat ini ada dua tower rumah susun TNI AD yang selesai dibangun di sebelah selatan Monas. Rumah susun tersebut menampung para perwira TNI AD agar tinggal tidak jauh dari Markas Besar TNI AD.

Setiap hunian yang dibangun itu mampu menampung perwira dengan istri dan dua anak. Satuan rumah susun yang sudah dibangun adalah tipe 70 sebanyak 59 unit dan tipe 47 sebanyak 162 unit. Pembangunan rumah susun empat lantai dengan empat menara tersebut menelan biaya Rp 85 miliar.

Rumah susun tersebut dilengkapi dengan helipad, mess, dan fasilitas seperti apartemen. Biaya pembangunan rumah susun TNI AD tersebut ditekan sedemikian rupa sehingga hanya Rp 2.3 juta per meter persegi.

Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanudin yang dihubungi terpisah berpendapat langkah itu sangat strategis.

"Namun, harus diingat, penempatan MBT Leopard di garasi bawah tanah tersebut berfungsi sebagai basis operasi dan bukan basecamp. Basis operasi itu dalam keadaan damai bisa digunakan untuk kepentingan sipil," kata Tubagus Hasanudin.

Dia mencontohkan, di bawah Lapangan Merah (Krasnoyarsk Ploshchad) Moskwa pun terdapat ruangan bawah tanah untuk instalasi militer. Bahkan, ada sarang peluru kendali (silo) di lapangan sebelah Kremlin (secara harfiah berarti 'benteng’) yang menjadi pusat pemerintahan Rusia.

Tubagus Hasanudin mengingatkan, selain menyimpan tank Leopard di bawah tanah, KSAD juga harus memperhitungkan dengan cermat pengaturan pergerakan tank tersebut di Ibu Kota dalam keadaan darurat.




Sumber : Kompas Cetax  

Rabu, 23 Oktober 2013

Pembentukan Skadron F-16 di Sumatera

F16C Block 25 s/n 84-1281 saat masih berada di Skuadron 62nd FS [Frank Ertl collection]
F16C Block 25 s/n 84-1281 saat masih berada di Skuadron 62nd FS.
WONOGIRI-(IDB) : Jajaran TNI AU segera menambah 24 pesawat tempur jenis F-16 yang menjadi bagian dari upaya melengkapi alusista (alat utama sistem persenjataan) di skadron Sumatera, serta dalam kiat meningkatkan kekuatan pengamanan negara di wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia.

“Penambahan 24 pesawat itu, bukan pada tahun ini, tapi tahun 2014″, ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, usai meresmikan Gedong Pusaka Padepokan Sangga Langit di Wonogiri, Jawa Tengah, 21/10/2013.

Penambahan 24 pesawat F-I6 itu, akan melengkapi alusista pertahanan udara Indonesia, disamping penambahan pesawat tempur Sukhoi, Hawk dan pesawat angkut pasukan jenis Hercules. Penambahan pesawat bukan untuk tujuan ekspansi, tapi untuk meningkatkan pertahanan kedaulatan negara Indonesia, ujar Menteri Pertahanan.

Penambahan pesawat tempur tersebut merupakan bagian dari program penambahan dan modernisasi alusista Indonesia, yang dalam program lima tahun terakhir dianggarkan dana Rp 150 triliun. Anggaran itu digunakan untuk penambahan alusista di jajaran TNI-AD, TNI-AL dan TNI-AU. Saat ini, kekuatan militer Indonesia berada di rangking 15 sampai 19 besar di tingkat dunia. ”Di kawasan Asia Pasific, Indonesia menempati di level menengah, sebab di sana ada kekuatan tinggi yakni Amerika dan Rusia,” ujar Purnomo Yusgiantoro.
F-16C block 32 yang akan dihibahkan ke Indonesia saat masih bergabung dengan Skuadron 113th TFS parkir di pangkalannya Terre Haute IAP, Oktober 1991 [Photo by Gary Chambers]
F-16C block 32 yang akan dihibahkan ke Indonesia saat masih bergabung dengan Skuadron 113th TFS parkir di pangkalannya Terre Haute IAP, Oktober 1991
Menyinggung soal wajib militer, Menhan, menandaskan, tidak ada wajib militer di Indonesia. Yang ada, adalah tentara cadangan. Rencananya, Indonesia akan merekrut sekitar 1.000 sampai 2.000 calon tentara cadangan. Mereka akan dilatih kemiliteran, dan menandatangani kontrak. 
Penyiapan tentara cadangan ini, diperlukan untuk tugas-tugas saat negara membutuhkan tenaga mereka dalam penanganan bencana alam bukan perang. Inti kekuatan perang, tandas Menhan, yakni untuk mempertahankan kedaulatan negara, tetap berada di pundak TNI. Upacara peresmian Gedong Pusaka Padepokan Songgo Langit, ditandai penandatanganan prasasti oleh Menteri Pertahan, dan diteruskan dengan pengguntingan untaian bunga melati yang dipadu dengan daun rontal, oleh Raja Surakarta, Ingkang Sinuhun Susuhunan Paku Buwono (PB) Ke 13 Hangabei.
Sumber : SuaraMerdeka

KFX / IFX Ditunda, Indonesia-Korsel Ingin Buat se Level F-35

http://1.bp.blogspot.com/-VPXZCkm_FPo/T-nAzYNb1CI/AAAAAAAAAg4/P6G9_98K5V4/s1600/kfx_2.jpg

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, proyek kerja sama pembuatan pesawat tempur siluman dengan Korea Selatan tetap berjalan. Hanya, proyek kerja sama pembuatan pesawat Korean Fighter Experiment (KFX) memang ditunda sampai 1 setengah tahun dana akan dilanjutkan pada tahun. "Tidak ada kata-kata batal atau gagal. Proyek ini akan dilanjutkan pada Bulan Juni 2014, karena pemerintahannya (Korsel) lagi transisi," kata Purnomo di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (15/5/2013).



Pramono mengatakan, Pemerintah Korsel bahkan berpikir kerja sama dapat ditingkatkan dengan membuat pesawat yang lebih canggih. Pasalnya, kata dia, kedua negara berpikir kebutuhan jangka panjang hingga 15 tahun mendatang. "Mereka bahkan berpikir untuk meningkatkan (selevel) pesawat F-35 (buatan Amerika Serikat). Kita sudah sampaikan ke pihak Korea, apa pun yang akan dikembangkan, kita ikut. Kita share 20 persen (modal)," kata Purnomo.
Salah satu Design KFX / IFX

selain kerja sama dengan negara lain, pemerintah juga tengah menambah investasi di PT Dirgantara Indonesia. Seperti diberitakan, Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menyebut, pembatalan proyek KFX telah merugikan Indonesia sekitar Rp 1,6 triliun. Proyek itu ditandatangani pada 15 Juli 2012 di Seoul, Korsel.


Anggaran itu disebut untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan. Sudah ada sekitar 30 orang dari PT DI yang dikirim ke Korsel untuk ikut mendesain pesawat KFX. Dari kerja sama ini, Indonesia awalnya berharap dapat memiliki 50 unit KFX pada 2020.

Senin, 21 Oktober 2013

Panser Anoa VVIP, Panser Kepresidenan Produksi PT Pindad

BANDUNG-(IDB) : Sebagai orang nomor satu, presiden harus mendapat fasilitas nomor satu. Karena itulah, disediakan fasilitas mobil khusus presiden, pesawat kepresidenan, dan yang baru selesai dibuat: panser kepresidenan. Pekan lalu Jawa Pos mendapat kesempatan merasakan ketangguhan dan kenyamanannya.

Sebagai salah satu negara di dunia yang aman, tenteram, dan jarang mengerahkan persenjataan militer untuk konfrontasi, Indonesia patut berbangga memiliki PT Pindad. Perusahaan negara itu tak henti-hentinya melakukan inovasi untuk memenuhi amanat menyiapkan alat utama sistem persenjataan (alutista) terbaik dan termodern buat Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri.

Kebanggan itulah yang dirasakan Jawa Pos saat menyusuri kantor pusat sekaligus tempat produksi Pindad di Bandung pekan lalu. Baru memasuki pintu gerbang, pandangan langsung menjumpai gudang yang berisi kendaraan-kendaraan superbesar. Mulai truk pengangkut TNI yang sering dijumpai di jalanan hingga kendaraan militer seperti panser dengan bodi baja yang tebal.

Namun, di antara puluhan kendaraan di gedung-gedung ukuran besar tersebut, Jawa Pos diarahkan salah seorang staf Pindad untuk mengunjungi beberapa panser yang terlihat mendapat perlakuan istimewa. Sebetulnya, saat Jawa Pos pertama melihat, tidak ada satu pun hal yang membuat panser itu layak dinilai istimewa bila dibandingkan dengan panser yang lain.

Namun, ketika kesempatan menengok bagian dalam diberikan, kesan yang muncul justru sebaliknya. Sewaktu dibuka, panser tersebut dilengkapi kursi busa nan nyaman. Seperti di kokpit pesawat kelas eksekutif. Di depannya, layar besar tampak mewah terpajang. Dilihat dari modelnya, layar itu lebih seperti televisi mahal untuk hiburan daripada layar pemantau yang biasanya ada di kendaraan militer. Bahkan, di dalam panser tersebut ada kulkas kecil. Selintas mirip dengan fasilitas di limosin mewah.

PT Pindad memang sengaja memasang fitur yang berbeda untuk panser yang satu ini. Semua perangkat yang disematkan di interior panser spesial itu serbanyaman. Maklum saja, calon pengguna panser tersebut bukan sembarang orang. Dialah panglima seluruh angkatan bersenjata TNI-Polri: pesiden Republik Indonesia.

Ya, panser itu bakal menjadi salah satu moda transportasi RI-1 selain mobil dinas. Tentu saja panser tersebut digunakan ketika keadaan darurat, saat nyawa pucuk pimpinan pemerintahan terancam. Panser yang dinamai Anoa VVIP tersebut diciptakan sebagai kendaraan militer pertama yang dirancang khusus untuk pejabat negara.

Manajer Pemasaran PT Pindad Sena Maulana menjelaskan, PT Pindad telah merampungkan empat unit"panser"Anoa yang dipesan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Perinciannya, tiga unit Anoa VVIP dan satu unit mobil"panser"untuk kendaraan pengawal. "Kami mendapat pesanan sekitar empat bulan lalu. Sebelumnya Paspampres punya"panser. Tapi, kali ini pemesanannya khusus untuk presiden," ujarnya kepada Jawa Pos.

Untuk proyek dari istana tersebut, Sena mengakui, pihak perusahaan memberikan prioritas tertinggi. Karena itu, waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama. "Sebenarnya Anoa tersebut diciptakan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Jadi, kalau kita beli dari luar negeri, kan seadanya yang dijual itu yang didapatkan. Karena ini adalah industri pertahanan nasional, kita harus memenuhi kebutuhan pemerintah," ujarnya.

Lalu, apa sebenarnya yang membedakan Anoa VVIP dengan Anoa tipe lainnya? Sena menjelaskan, secara spesifikasi, tidak ada yang berbeda. Dengan lapisan baja setebal 10 mm, bodi kendaraan itu bisa menahan peluru berkaliber 7,62 mm. Bahkan, lapisan bisa di-upgrade untuk menahan peluru berkaliber 12,7 mm. "Ini nanti untuk perlindungan presiden dan keluarga presiden serta anggota kabinet. Pokoknya, siapa pun yang digolongkan VVIP oleh Paspampres," tambahnya.

Yang berbeda adalah interior yang khusus diperuntukkan kenyamanan presiden dan keluarga. Kendaraan tersebut dibagi menjadi dua bagian. Yakni, operasional di bagian depan. Bagian tersebut diperuntukkan pengendara dan komandan kendaraan. Lalu, di belakangnya barulah ruang yang diisi dua kursi untuk presiden dan istri serta dua kursi untuk pengawal.

"Kursi tersebut sangat aman terhadap ranjau sekaligus nyaman untuk presiden. Selain itu, ada fasilitas audio visual. Juga, kulkas untuk kebutuhan seperti minuman dingin. Kami juga memasang tangga hidrolis sehingga presiden bisa masuk dan keluar dengan mudah," ungkapnya. Dengan demikian, presiden tinggal duduk, pengemudi tekan tombol, kursi akan bergerak ke posisi yang paling nyaman di dalam panser.

Bukan hanya kenyamanan, Pindad sangat memperhatikan fitur keamanan. Misalnya, kamera yang diinstal pada depan dan belakang kendaraan. Kamera tersebut bisa melihat 360 derajat pemandangan di sekitar mobil baja. Pemandangan tersebut bisa dilihat melalui layar di dalam ruang VVIP. "Kamera ini juga dilengkapi thermal imaging"(teknologi mengambil objek gambar berdasar suhu). Karena itu, mereka bisa tetap melihat keadaan sekitar saat lampu tak berfungsi dan keadaan gelap total," ungkapnya.

Ketika ditanya kemungkinan produksi Anoa VVIP lagi "untuk kebutuhan ekspor, misalnya" Sena menyatakan, pihaknya" belum memikirkan hal tersebut. Sebab, Anoa VVIP adalah produk khusus yang dipesan Paspampres. "Misalnya untuk negara lain. Bisa saja. Tapi, setiap negara kan punya prosedur pengamanan VVIP yang berbeda-beda. Kalau untuk swasta, kami belum bisa," ungkapnya.

Bagaimana dengan biaya produksi? Soal dana, Sena mengatakan bahwa fitur yang ditambahkan tidak secara signifikan menambah harga Anoa. Dia menyebutkan, harga satu unit Anoa bisa mencapai sekitar Rp 8 miliar. Sampai saat ini produk tersebut telah dirancang tujuh varian. Di antaranya, varian ambulans,"angkut personel (APC),"komando,"logistik BBM, logistik munisi,"dan mortar carrier. "Ya tidak berubah signifikan, kan yang diubah hanya interiornya. Pakemnya tetap sama. Produk ini kan"dianggarkan dalam anggaran Paspampres yang dipesan melalui Mabes TNI. Jadi, tidak langsung dibayar," ungkapnya. 
Sumber : JPNN

Panglima TNI Kaji Kapal Selam Rusia

Kapal Selam Kilo Rusia
Kapal Selam Kilo Rusia
Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengaku tertarik untuk mengkaji dan mendalami tawaran 10 kapal selam eks angkatan laut Rusia. Kondisi kapal selam tersebut dinyatakan masih memadai, namun TNI tetap akan melakukan verifikasi secara mendalam, sebelum mengambil keputusan.
Kapal selam dari Rusia sudah ada. Mereka membuka kesempatan karena kedekatan dengan kita
“Saya kira kita tertarik dengan itu. Sampai saat ini masih dilakukan kajian dan pendalaman. Dan kalau bisa, itu akan lebih bagus, ya,” ujar Panglima TNI Jenderal Moeldoko di sela-sela raker dengan Komisi I DPR RI
Panglima TNI mengatakan, pihaknya merespons sangat baik atas tawaran 10 kapal selam dari Rusia itu, karena memiliki efek gentar yang cukup baik. Apalagi kapal selam yang ditawarkan ke Pemerintah Indonesia cocok dengan kondisi Tanah Air, yakni jenis dan tipe kapal selam kelas menengah.
Sebelumnya Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, pemerintah mendapat tawaran untuk membeli sekitar 10 unit kapal selam dari Rusia. Jumlah ini di luar rencana pembelian tiga unit kapal selam dari Korea Selatan yang akan datang pada 2014.
“Kapal selam dari Rusia sudah ada. Mereka membuka kesempatan karena kedekatan dengan kita,” ujar Purnomo beberapa waktu lalu. Saat itu Purnomo menyatakan, pemerintah belum bulat untuk menerima tawaran Rusia karena masih harus mempertimbangkan dan menghitung biaya.
Selain harga kapal selam per unit, pemerintah juga harus mempertimbangkan besarnya biaya perawatan, pemeliharaan, perbaikan, dan kesiapan infrastruktur. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah usia atau masa guna kapal selam tersebut. “Kita sedang survei pangkalan kapal selam, salah satunya di Palu,”ujarnya.
Pada tahun 2024 , Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan Indonesia, akan berada pada empat negara kuat di kawasan Asia Tenggara bersama Singapura, Malaysia, dan Thailand. Bersama tiga negara ini, Indonesia akan membentuk ASEAN Defense Ministerial Meeting yang kuat dari ancaman kawasan luar.(jurnalparlemen.com).

Rahasia Kapal Selam Indonesia

Suatu hari bertemulah saya dengan seorang perwira TNI AL yang cukup lama mengawaki kapal selam. Berbagai laut dan palung sudah dia arungi. Berbagai mahluk laut aneh telah dia temukan. Salah satu yang unik, mahluk yang tinggal di palung dalam Indonesia.
Aawalnya dia melihat tidak ada mahluk hidup yang tinggal  di palung itu, karena sangat dalam.  Melalui camera yang terpasang di kabel terulur, mereka terus merekam kedalaman palung.
Layar monitor tidak menunjukkan apa apa. Namun setelah cukup lama, dia terkejut melihat ada mahluk  berbentuk pipih seperti orang (dia menyebut bidadari) yang menari-nari di kedalam palung .
Gambar pun dia rekam lalu diserahkan ke pimpinan. Tak lama setelah ia pelajari, ternyata ada beberapa mahluk hidup yang bisa bertahan di palung dalam dan bentuk yang aneh-aneh, mungkin karena tekanan air yang kuat.
Saya merasa terhormat bisa berbincang dengan Perwira Angkatan Laut yang cukup lama berada di kapal selam ini.  Dia pun sempat terlibat proyek pemasangan ranjau dan monitor di dasar laut Indonesia.
Proyek itu sempat hendak digarap pihak Perancis, namun dia menentangnya. Kalau Perancis memasang alat itu, tentu fungsinya menjadi sia sia karena posisi alat telah diketahui pihak Asing.
Setelah ngobrol panjang lebar, masuklah saya ke pertanyaan yang sangat krusial (menurut saya).
“Pak, Berapa sebenarnya jumlah kapal selam Indonesia ?”, tanya saya.
Mukanya pun tiba tiba berubah menjadi serius.
Dengan suara setengah berbisik, dia mengatakan: “Jumlah kapal selam itu rahasia”.
“Semua tentang kapal selam rahasia”, ujarnya. Dia lantas bercerita tentang hal ikhwal mengapa kapal selam dikategorikan alutsista rahasia.
Saya pun tambah bersemangat. Sebentar lagi akan mengetahui jumlah persis kapal selam Indonesia, pikir saya di dalam hati.
Saya kembali mengejar: “Sebagai teman saja, berapa sebenarnya jumlah kapal selam kita”, ujar saya agak ngotot.
Dia terdiam sebentar…, lalu bicara: “ini rahasia ya…!”.
“Iya”, ucap saya, tak sabar ingin  mengetahui jumlah pastinya.
Dia pun akhirnya angkat bicara: “Jumlah kapal selam kita dua”, ujarnya.
“Yahhh”, saya langsung menghela napas. (Di dalam hati saya berkata, kalau itu sih semua orang sudah tahu: KRI Cakra dan Nanggala).
Saya menghargai pernyataannya dan tidak mencoba bertanya lagi tentang kapal selam Indonesia.
Twit Kapal Selam
KRI Cakra 401
Pikiran tentang jumlah kapal selam ini, muncul setelah membaca twit dari @TweetMiliter yang membahas tentang Minimum Essential Forces Indonesia di tahun 2014.
@TweetMiliter mengatakan dua kapal selam Kilo Indonesia akan datang di bulan November 2013.
Persoalannya adalah, apakah hal itu mungkin ?.
Kayaknya sangat mungkin.
Pertama: Kalender TNI AL memasang kapal selam jenis KILO dari Russia.
Hal ini sempat dilakukan Arhanud untuk alutsista baru mereka yakni rudal Starstreak dari Inggris. Dalam gallery portal Arhanud saat itu, terpasang beberapa gambar rudal Starstreak, padahal kedatangan alutsista itu belum diketahui publik.
Setelah beberapa bulan, muncullah berita Indonesia membeli rudal starstreak dan digenapi perwakilan produsen Starstreak yang membuka booth di Indo Defence 2012.
Dapat disimpulkan, Arhanud berani memasang rudal starstreak di Portal mereka, karena pembelian senjata itu sudah pasti. Arhanud tergoda memasang gambar Starstreak dengan cepat, karena sangat langka alutssita dari Arhanud yang bisa dibanggakan. Hal ini tentu meningkatkan moral prajurit.
Hal yang sama mungkin terjadi dengan TNI AL. Mereka sangat percaya kapal selam kilo Rusia akan dibeli, sehingga gambarnya dipasang di Kalender tahunan TNI AL.
Selama ini kita menduga kapal selam itu telah dibeli dan telah datang ke Indonesia. Akan tetapi kita kesulitan mencari bukti otentik tentang keberadaan dan pembelian kapal selam Kilo itu.
Kita asumsikan saja satu kapal selam kilo dibangun selama satu tahun. Jika Kilo dikirim ke Indonesia November 2013, kemungkinan kontraknya ditandatangani tahun 2010 atau 2011.
Logika kedua.
Mari kita lihat strategi TNI AL dalam menyusun kekuatan tempur kapal perang permukaan mereka, yang diklasifikasikan ke dalam tiga kategori.
Frigate Van Speijk Class yang sudah tua diposisikan sebagai kekuatan strategis, setelah semuanya nanti dipasang rudal Yakhont berdaya jankau 300 km.
Sementara Korvet Sigma, Nakhoda Ragam dan PKR Sigma 10514 diposisikan sebagai kekuatan pemukul berkualitas.
Adapun kapal-kapal cepat yang akan dilengkapi rudal C-705, akan mengejar  sisi kuantitas/ jumlah.
Produsennya pun, beragam mencampurkan alutsista NATO dan Rusia.
KRI Cakra dan Nanggala kita asumsikan saja dikategorikan seperti Frigate Van Speijk Class, mengejar kekuatan strategis. Kapal Selam Chang Bogo kita asumsikan mengejar kuantitas, seperti kapal-kapal cepat rudal.
Maka untuk mengejar faktor kualitas seperti: Korvet Sigma dan Nakhoda Ragam serta Frigate Sigma, TNI AL akan melengkapi armada kapal selamnya dengan jenis Kilo.  Cukup logis tampaknya asumsi ini.
Asumsi ini diperkuat juga dengan pola produsen yang menyuplai alutsista Indonesia.
Tiga kapal selam Changbogo dari Korea Selatan merupakan buatan Asia berteknologi NATO (Jerman). Dua KRI Cakra dan Nanggala juga buatan Jerman.
Jika demikian, pilihan untuk kapal selam Kilo sangat masuk akal, karena berteknologi Russia. Hal ini karena TNI kerap mencampurkan alutsita antara NATO dan Russia.
Lebih dari itu, sangat risakan jika TNI AL hanya mengandalkan kapal selam tua KRI Cakra dan Nanggala, serta 3 Changbogo untuk operasi pertahanan. Daya gentarnya sangat kecil. Lain halnya jika 5 kapal selam itu dicampur dengan dua kapal selam Kilo Rusia. Apalagi yang dihadapi adalah kapal-kapal selam modern buatan Barat/NATO: Scorpene dan Collins.
Karena negara tetangga terdekat menggunakan kapal selam produk Barat/NATO, maka semakin kuat dugaan Indonesia akan mendatangkan Kapal Selam Kilo buatan Rusia.
Hal ini terjadi di TNI AU. Untuk mengimbangi pesawat F-16 dan F/A 18 milik tetangga, Indonesia mendatangkan SU-27 dan SU-30 buatan Rusia, melengkapi armada F-16 RI yang telah ada.
Hal lainnya adalah, negara-negara yang sedang membangun kekuatan militernya, hampir selalu membeli alutsista dari negara-negara ternama, meski negara mereka mampu membuat alutsista sendiri.
China dan India telah mampu membuat pesawat dan kapal perang, namun tetap saja membeli alutsista sejenis ke Rusia. Demikian pula dengan: Jepang, Korea Selatan bahkan Israel, yang membelinya ke NATO/ Amerika Serikat.
Jadi patut diduga gambar kepal selam Kilo 412 yang ada di kalender TNI AL, masih disain semata, belum eksis. Semoga kapal selam Kilo Rusia itu memperkuat TNI AL di akhir tahun 2013. (JKGR).

Minggu, 20 Oktober 2013

Rudal Pertahanan Udara Masuk Daftar Pembelian Rensra 2014-2019 Dan 2019-2024

HQ-9 China salah satu kandidat bagi Arhanud RI
JAKARTA-(IDB) : TNI Angkatan Udara siap mendatangkan 102 pesawat tempur baru. Langkah itu sudah sesuai dengan pesan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono guna tercapainya minimum essential force.

"Itu sudah ada di rencana strategi di 2014, 2019 sampai 2024. Seperti yang diketahui kita akan menambah kekuatan dengan berbasis minimum essential force, ada penambahan kurang lebih sekitar 102 pesawat dengan berbagai macam," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma TNI Hadi Tjahjanto di Jakarta Timur, Jumat (18/10/2013). 
Hadi menuturkan beberapa jenis yang ditambah, salah satunya Sukhoi. Ada pula F16, Hercules, dan Super Volcano. 
"F-16 jumlahnya 24, Super Volcano 16, dan akan ada penambahan Hercules dari Australia jumlahnya 2," jelas Hadi di sela pisah-sambut Kadispenau ini. 
Selain pesawat, untuk melindungi dari serangan udara, TNI AU akan membeli rudal dari negeri China. Pembelian rudal tersebut pun sudah tercantum dalam Rensra 2014-2019 dan 2019-2024. 
"Untuk rudal sudah ada dalam rencana strategis, tentunya itu akan kita realisasikan yang jelas penambahan alutsista itu sudah ada di rensra," paparnya. Untuk TNI AU, lanjut Hadi, rudal yang dibeli adalah rudal dari darat ke udara. 
Sumber : SCTV

APBN 2014, Kementerian Pertahanan Dapat Anggaran Terbesar


TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertahanan mendapatkan alokasi anggaran terbesar dibandingkan kementerian lain untuk pagu anggaran 2014. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2014, pemerintah mengalokasikan Rp 83,4 triliun untuk Kementerian Pertahanan.

"Dalam RAPBN Tahun 2014 terdapat tujuh Kementerian Negara dan Lembaga yang akan mendapat alokasi anggaran di atas Rp 30 triliun. Ketujuh kementerian dan lembaga itu adalah Kementerian Pertahanan dengan alokasi anggaran sebesar Rp83,4 triliun," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat menyampaikan keterangan pemerintah atas RUU APBN 2014 di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 16 Agustus 2013.

Sementara Kementerian lain yang mendapatkan pagu anggaran yang tinggi adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan alokasi sebesar Rp 82,7 triliun, Kementerian Pekerjaan Umum Rp74,9 triliun, Kementerian Agama Rp 49,6 triliun, Kementerian Kesehatan Rp 44,9 triliun, Kepolisian Negara Republik Indonesia Rp 41,5 triliun, dan Kementerian Perhubungan Rp 39,2 triliun.

Selain itu, SBY mengatakan dalam RAPBN 2014 pemerintah tetap dapat memenuhi amanat konstitusi untuk mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN. Menurut dia, setiap tahun alokasi anggaran untuk pendidikan terus ditingkatkan. "Dalam tahun 2013 anggaran pendidikan telah mencapai Rp 345,3 triliun dan tahun 2014 mendatang kita rencanakan sebesar Rp 371,2 triliun, atau naik 7,5 persen," katanya.

ANGGA SUKMA WIJAYA
sumber: http://www.tempo.co/read/news/2013/08/16/090504901/APBN-2014-Kementerian-Pertahanan-Dapat-Anggaran-Terbesar