Reformasi
persenjataan dan perkuatan milter Indonesia merupakan salah satu yang tercepat
di dunia selama tiga tahun terakhir ini. Itulah sebabnya tiba-tiba saja negeri ini
berubah wajah menjadi sosok gadis manis berambut sebahu yang banyak ditaksir
negara produsen alutsista, menawarkan madu, ginseng, membawa seikat kembang
merah, menyematkan seuntai kalung berlian, agar si gadis manis yang anggun itu
bersedia menerima lamarannya berupa order alutsista atau bahkan bersekutu
dengannya lewat aliansi pertahanan.
Namun kecerdasan
gadis manis itu memberikan nilai tambah dalam tatacara bergaul yang
mencerminkan kedewasaan bersikap untuk tidak gampang terbuai dalam rayuan manis.
Lebih memilih bersahabat dengan semua yang menjual senyum rayuan, lebih memilih
semua adalah teman, tidak ada yang khusus di hati. Yang lebih penting adalah si gadis ingin
lebih mandiri dalam membangun eksistensi dirinya terutama dari sisi pengadaan
alutsista dengan mengedepankan pola transfer teknologi atau buat sendiri jika
sudah mampu. Kalau belum bisa keduanya
ya beli murni saja tanpa ada ikatan bathin berupa persekutuan militer atau yang
sejenis dengannya.
MBT Leopard Revolution yang ditunggu |
Perkuatan
militer Indonesia tidak lepas dari pantauan intelijen asing utamanya dari kiri
kanan rumah tetangga. Uji coba
peluncuran roket saja menimbulkan kehebohan di ruang intelijen mereka apalagi
ketika mengetahui ada pendirian “sekolah rudal” antara Indonesia dan Cina. Bisa dipastikan hal itu menjadi bahan diskusi
yang hangat di kalangan mereka bahkan mungkin saja ada disposisi agar sekolah
rudal itu dihambat atau bahkan digagalkan dengan berbagai cara yang softly
tentunya. Itulah yang mesti kita
waspadai karena salah satu upaya intelijen adalah memecah kekompakan barisan
kita, menghasut dan mengadu domba di kalangan internal. Kalau cara ini tak berhasil biasanya lalu
memakai tangan adidaya lewat tekanan diplomasi. Ah kayak gak tau aja.
Soalnya
walaupun sekolah rudal itu baru setingkat “madrasah ibtidaiyah” setidaknya dari
kacamata negeri-negeri penghasil rudal di dunia, namun uji kreativitas dan diversifikasi
produk yang dilakukan ilmuwan RI pada tingkat “tsanawiyah” dan “aliyah” sudah
mampu menggetarkan lingkungan dengan kemampuan jarak tembak diatas 150 km dan
daya ledak satu kampung. Apalagi jika
ilmuwan tingkat “kuliyah” mampu mengedepankan dan mengembangkan jarak tembak
menjadi 300 km dengan katagori anti kapal permukaan, darat ke darat, darat ke
udara dan udara ke darat, sungguh memberikan nilai getar dan gentar bagi
siapapun yang hendak mengganggu kewibawaan teritori NKRI.
Berbagai
dinamika dalam pengadaan alutsista selama tiga tahun ini semakin memberikan
kedewasaan peran bagi kita sekaligus hikmah.
Salah satu contohnya adalah pembelian MBT Leoprad yang menghebohkan
ranah publik beberapa waktu yang lalu. Namun
dibalik keriuhan pengadaan MBT itu hikmah yang didapat sungguh diluar prediksi
kita semua yang selama ini “berkonsentrasi penuh” dengan 100 MBT Leopard. Setelah
berbulan-bulan hujan argumen akhirnya tibalah saat yang dinantikan, menunggu
kedatangan 163 Tank dari Jerman dengan rincian 61 MBT Leopard Revolution, 42
MBT Leopard 2A4, 50 Medium Tank Marder 1A3 dan 10 MBT support berupa tank
jembatan dan tank penarik. Nilai
kontraknya mencapai US$ 280 juta.
Tank medium Marder 1A3 Jerman |
Oleh sebab
itu sudah saatnya kita memandang diri sendiri dengan percaya diri, tidak merasa
tidak setara dengan rumah jiran. Toh
ekonomi kita menunjukkan kinerja terbaik kedua di dunia dengan pertumbuhan
ekonomi 6,4 persen, sementara terbaik pertama diraih Cina dengan pertumbuhan
7,2%. Kekuatan beli yang terkandung
dalam APBN kita tahun 2013 mencapai 1.658 trilyun, sementara APBN berjalan
tahun ini mencapai 1.548 trilyun rupiah. Rasio utang dengan PDB hanya 24 %, cadangan
devisa mencapai diatas 100 milyar dollar AS, pendapatan perkapita saat ini
mencapai US$ 4.000, merupakan kekuatan ekonomi terbesar di ASEAN dan nomor 16
di dunia. Yang membanggakan negeri ini masuk
dalam kategori negara idola baru dari sisi kemajuan pertumbuhan ekonomi, namanya
kelompok negara MIST (Meksiko, Indonesia, South Korea dan Turki).
Yang masih
kurang greget dalam perjalanan bangsa ini adalah masalah penegakan hukum dan
korupsi. Untuk masalah korupsi meski sudah banyak yang dijatuhi hukuman namun
masih lebih banyak juga yang belum tersentuh penyelesaian hukum. Tetapi percayalah,
nilai perjalanan bangsa ini akan semakin berkilau dengan kemajuan ekonomi dan
tingkat kesejahteraan yang makin baik. Dan
sejalan dengan itu kita meyakini bahwa KPK dan institusi penegak hukum lainnya
mampu membawa dan menjalankan amanah yang diemban di bahu mereka untuk menegakkan
hukum, memberantas korupsi yang menimbulkan efek jera.
Dari sisi
militer perkuatan alutsista TNI merupakan kewajiban yang harus terus
dikumandangkan dan dikembangkan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kita ingin
menegakkan kewibawaan teritori negara kita sekaligus sebagai payung kekuatan
diplomasi untuk memberikan rasa aman bagi kawasan regional. Dengan kekuatan militer yang setara dan
disegani, upaya diplomasi untuk mendamaikan konflik di Laut Cina Selatan
misalnya, akan memberikan nilai tambah kebagusan dalam etika pergaulan, sekaligus
kewibawaan diplomasi RI karena dalam konflik ini RI tidak berpihak ke siapapun. Ini posisi yang sangat kuat.
2 KRI di Sail Morotai September 2012 |
Meskipun ada
berbagai upaya diplomasi dari Cina dan AS serta Australia dengan membawa seikat
kembang merah agar negeri ini masuk
dalam pelukan aliansinya namun sejauh ini RI tetap berdiri di tengah dengan
senyum dan sapa. Menerima tamu diplomasi
yang datang berkunjung dengan ramah, kalau pun ada yang bawa kado ya diterima
saja, namanya juga diberi. Kalau ada
yang mau ngajak latihan militer bersama, ya dilakoni saja hitung-hitung
menambah ketrampilan milter kita sekaligus memperbanyak sahabat. Inilah kecerdasan yang digenggam erat dalam
setiap upaya diplomasi disamping terus memperkuat alutsista TNI untuk
mengantisipasi kondisi terburuk.
sumber: http://analisisalutsista.blogspot.com/2012/09/memandang-diri-sendiri.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar