Kamis, 24 Juni 2010

Mengamati Peluang Penggunaan Gas Hidrat Sebagai Energi Alternatif Abad-21

Di tengah ramainya pembicaraan mengenai tingginya harga bahan bakar minyak dan upaya setiap negara untuk mencari energi alternatif pengganti BBM, penggunaan gas hidrat sebagai energi abad 21 juga ramai dibicarakan oleh para ahli. Ada berbagai alasan yang menyebabkan bangsa Indonesia juga perlu melakukan penelitian di bidang gas hidrat ini. Pembahasan umum mengenai gas hidrat dalam segala aspek, akan penulis sampaikan dalam tulisan berseri.

Pertimbangan beralih dari minyak bumi ke berbagai energi alternatif.

Ada berbagai pertimbangan dalam menentukan pemilihan energi alternatif. Beberapa isu yang cukup penting untuk dipertimbangkan adalah : 1) Harga produksi sebuah energi alternatif dibandingkan dengan bahan bakar minyak. 2) Keberadaannya di bumi, dan jenis energi yang dihasilkan; apakah termasuk energi terbarukan atau tidak. 3) Kemudahan pengolahan atau proses produksi untuk bisa digunakan. 4) Keberadaan sumber energi yang menjadi bahan baku bagi sumber energi alternatif tersebut (jika bukan merupakan energi yang langsung diambil dari alam). 5) Manfaat tambahan yang bisa ditawarkan oleh energi alternatif tersebut. 6) Nilai keamanan bagi penggunaan energi tersebut. 7) Kemudahan proses modifikasi peralatan yang akan menggunakan energi tersebut.

Semua jenis energi alternatif memiliki berbagai keunggulan. Demikian pula dengan sumber energi alternatif gas hidrat. Kelebihan gas Hidrat jika dibandingkan dengan minyak bumi atau energi lainnya adalah

1. Volumenya yang sangat besar di bumi

Berbagai perhitungan telah dilakukan mengenai besarnya keberadaan gas hidrat di bumi. Perhitungan yang dilakukan masih dalam bentuk perhitungan kasar, akan tetapi hampir semua prediksi volume gas hidrat merujuk dalam orde yang sangat besar. Diperkirakan besarnya volume gas hidrat ada pada orde 1015 sampai 1019 m3. Secara garis besar, total gas hidrat ini diperkirakan sebesar 2 kali lipat dari keberadaan bahan bakar fosil baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan (Gambar 1). Dengan besarnya cadangan gas hidrat di bumi, potensinya untuk menggantikan penggunaan bahan bakar minyak memang cukup besar. Di samping itu, pencarian potensi keberadaan gas hidrat ini masih sedikit dilakukan, sehingga estimasi besarnya cadangan gas hidrat sangat berpeluang untuk menjadi semakin besar, seiring dengan semakin banyaknya penelitian yang dilakukan.

Selain potensi di atas, ada lagi potensi gas bebas yang biasanya terperangkap di bawah lapisan gas hidrat. Melihat beberapa penelitan mengenai ketebalan gas bebas ini (free gas), agaknya jumlahnya juga berada dalam orde yang sangat besar. Dengan demikian, keberadaannya yang selalu seiring dengan keberadaan gas hidrat, akan dapat diperhitungkan sebagai potensi tambahan bagi eksploitasi gas hidrat.

Gambar 1. Distribusi karbon organik di bumi.

2. Distribusi Gas Hidrat

Pada umumnya, gas hidrat lebih sering ditemukan di laut. Distribusi gas hidrat di dunia menunjukkan kecenderungan yang lebih merata dibandingkan dengan keberadaan minyak bumi. Negara-negara yang selama ini adalah konsumen terbesar pengguna minyak bumi seperti Amerika, Jepang dan Kanada, diperkirakan memiliki cadangan gas hidrat dalam jumlah besar. Dengan demikian, pemanfaatan gas hidrat ini juga cukup menggairahkan negara-negara yang miskin sumberdaya energi (Gambar 2)

Gambar 2. Distribusi keberadaan gas hidrat di bumi, berdasarkan hasil survey sebelum tahun 2000 (Tomaru, 2003)

3. Bahan bakar ramah lingkungan

Gas hidrat yang selama ini ditemui, pada umumnya terdiri dari gas methan. Gas methan ini merupakan bahan bakar yang sangat baik bagi proses pengapian, baik pembakaran pada ruang terbuka terbuka (open-flame burning), maupun pada sistem pembakaran terkontrol dalam fuel cell. Dibandingankan dengan gas alam lainnya, gas metan memiliki rasio H:C tertinggi. Dengan demikian, gas metan memiliki kandungan karbon yang lebih rendah dibandingkan gas lainnya. Jika gas methan terbakar, maka akan dihasilkan sedikit sekali gas CO2 permolnya. Methan bahkan menghasilkan CO2 permol yang lebih sedikit dibandingkan dengan alkohol, apalagi jika dibandingkan dengan LPG.

Dengan meningkatnya perhatian terhadap isu pemanasan global yang secara internasional telah disinggung dalam Protokol Kyoto, penggunaan emisi gas CO2 ini memang harus dikurangi. Pengalihan dari bahan bakar minyak ke gas alam, merupakan salah satu solusinya. Dengan demikian, gas hidrat semakin menarik untuk dijadikan sumber energi alternatif.

4. Menjanjikan Kemudahan dan Kesehatan

Apabila proses eksplotitasi gas hidrat ini sudah bisa dilakukan, maka akan banyak manfaat yang akan kita peroleh dari penggunaan gas hidrat sebagai pengganti bahan bakar minyak, sebagai proses transisi dari petreoleum-based ke gas-based economy. Methan sebagai gas yang paling banyak terdapat dalam gas hidrat, selain menjanjikan gas buang yang bersih juga memberikan kemudahan dalam proses transportasi dari satu tempat ke tempat yang lain.

Pembakaran gas methan menghasilkan karbon dioksida dan polutan yang rendah, sehingga secara biomedis merupakan gas yang tidak mengganggu kesehatan tubuh, karena tubuh bisa mentolerir polutan dalam kadar rendah.

5. Proses Peralihan yang Cepat

Gas hidrat relatif mudah untuk dimanfaatkan tanpa membutuhkan banyak modifikasi pada mesin. Dengan keunggulan yang dimiliki, gas hidrat (dalam hal ini methan), justru memberikan harapan yang lebih baik trehadap performa mesin, memperpanjang waktu penggunaan, dan kemudahan perawatan. Trend untuk beralih kepada gas-based economy juga dilakukan pemerintah Indonesia. Dengan demikian, pada saat teknologi eksploitasi gas hidrat juga telah kita kuasai, akan semakin mudah bagi kita untuk melakukan proses peralihan ke penggunaan gas methan ini.

Daftar pustaka

1. Max.D. M., 2003, Hydrate Resource, Methane Fuel, and a Gas-Based Aconomy ?, Natural Gas Hydrate in oceanic and permafrost Environments, 361-370.
2. Tomaru H., 2003, Geological and Geochemical Study on The Occurrence and Stability of Natural Gas Hydrates in Nankai Trough, Hydrate Ridge and Mackenzie Delta, Doctoral Thesis. sumber :berita iptek

Tidak ada komentar: